BAB 10 MUSUH BESAR

3.3K 152 11
                                    

Happy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!!!

Seorang lelaki berjalan dengan gagah menuju ke sebuah kamar yang berada di lantai dua rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang lelaki berjalan dengan gagah menuju ke sebuah kamar yang berada di lantai dua rumahnya. Senyum seringai tercetak begitu jelas di wajahnya. Pagi ini terasa lebih indah karena hadirnya seorang wanita yang selama ini ia tunggu. Setelah sampai di depan pintu kamar, ia meraih sebuah kunci yang berada di saku celananya.

Tanpa berlama-lama, ia segera membuka kamar itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang wanita muda yang tertidur di lantai. "Keyla!" serunya kaget. "Lana, cepat panggilkan dokter!"

Arron segera menggendong tubuh ringkih Keyla, lalu menidurkannya di ranjang berseprai putih dengan motif bunga-bunga. Tangannya ia arahkan pada dahi Keyla, terasa begitu panas. "Apa yang kamu lakukan, Key? Mengapa kamu siksa dirimu seperti ini?" ucapnya sambil duduk di samping tubuh Keyla yang terbaring lemah di ranjang.

Mata birunya tidak jenuh menatap wajah pucat Keyla, hatinya seakan ikut merasakan penderitaan sang wanita. Selama ini, ia juga menderita bahkan sangat menderita karena harus berpisah dengan wanita yang dicintai.

Tanpa ia sadari, air matanya jatuh dan mengenai tangan Keyla yang sedari tadi ia genggam dengan erat. "Seharusnya dulu aku tidak melibatkanmu dalam misi berbahaya itu. Maafkan aku, Key!" gumamnya lirih sambil menciumi tangan dingin Keyla.

Suara ketukan pintu terdengar mengusik telinganya, dengan segera Arron menghapus air matanya dengan kasar. Ia tidak mau terlihat rapuh di hadapan orang lain. "Masuk!"

Pintu kamar terbuka dan tampak seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik mengenakan jas putih dengan celana kain berwarna hitam. "Cepat periksa dia!"

Dokter itu segera berjalan ke arah Keyla dan mulai memeriksanya. Gerak-gerik sang dokter pun tidak luput dari pandangan Arron yang tengah berdiri di samping jendela kamar dengan melipatkan kedua tangannya di dada.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Arron segera setelah melihat dokter itu telah selesai memeriksa. "Apa dia baik-baik saja?"

"Dia baik-baik saja, hanya demam biasa dan sebentar lagi dia akan sadar," ucap sang dokter sambil membereskan perlengkapannya.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang