Happy Reading!!!
Suasana tegang begitu terasa di depan pintu sebuah ruangan bernuansa putih dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat. Tampak Arron, Keyla, Sam dan Thomas yang tengah menunggu kabar dari dokter dengan cemas. Sudah hampir 15 menit, tapi sang dokter belum juga keluar dari ruang tindakan.
Keyla terlihat sangat rapuh dan hancur ketika melihat kondisi Aiden yang tidak sadarkan diri ketika digendong oleh Arron. Air mata Keyla terus keluar membasahi baju Thomas. Entah apa yang terjadi pada dirinya hingga ia harus merasakan penderitaan ini. Namun, sekarang Keyla merasa benar-benar hancur. Seakan hidupnya hanya bergantung pada Aiden saja.
"Ayah, Aiden akan baik-baik saja kan?" ucap Keyla dengan lirih.
"Tenanglah sayang! Aiden pasti akan baik-baik saja," Thomas melepaskan pelukannya dari tubuh Keyla. Dengan lembut Thomas mengusap pipi Keyla yang telah basah oleh air mata.
"Berhentilah menangis, Key! Aku mohon!" ucap Sam yang berlutut di hadapan Keyla yang tengah duduk sambil menggenggam tangannya.
Di sisi lain, Arron tampak kacau dengan rambut yang acak-acakkan dan bajunya yang masih sedikit basah akibat menggendong Aiden. Betapa bodohnya ia karena melepaskan Aiden begitu saja tanpa penjagaan yang ketat.
"Bodoh," umpatnya dalam hati sambil mengusap rambutnya kasar. "Seharusnya aku tidak membiarkan Aiden lepas dari pengawasanku."
"Semua ini salahku," batin Arron sambil mengepalkan tangannya.
Ya, semua ini memang salah Arron yang terbakar api cemburu hingga akhirnya Aiden menjadi korban.
Berulang kali Arron memukulkan kepalan tangannya ke dinding hingga darah segar mengalir dengan deras. Bahkan dinding rumah sakit yang awalnya bersih dan putih harus ternoda dengan darah Arron.
"Apa yang kamu lakukan?" teriak Keyla spontan ketika melihat tindakan bodoh Arron.
Keyla segera menghampiri Arron yang sedang berdiri sambil menghadap ke tembok dengan kedua tangannya sebagai tumpuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
General Fiction"Kamu itu hanya milikku dan aku bersumpah tidak akan membiarkanmu hidup tenang kecuali bersamaku," ucapan Arron begitu membekas di otak Keyla. Gelap dan dinginnya malam kota New York, seakan ingin menggambarkan perasaan Keyla. Tidak pernah terpikirk...