Setelah hiatus 3 tahun akhirnya cerita ini UP lagi...Aku gak terlalu berharap untuk masih dibaca banyak orang apalagi bagi kalian para reader yang udah dari lama nungguin cerita ini UP kembali😊
"Aland, mundur! Jangan bertindak gegabah," ucap Micko sambil menarik sahabatnya agar melepaskan John. "Biarkan Arron yang menyelesaikan ini semua."
Dengan terpaksa Aland melepaskan cekalannya pada kerah baju John yang sedari tadi ia tarik seakan-akan ingin membunuhnya. Emosi masih menguasai tubuhnya, tapi ia harus tetap tenang karena mereka mempunyai rencana besar untuk menangkap mafia seperti John.
"Katakan apa yang kau inginkan sebenarnya? Mengapa kau melakukan semua ini?" tanya Arron dengan nada dingin. Matanya terus menatap tajam ke arah pria tua di hadapannya."Haha, dasar anak muda!" tawa sinis John terdengar begitu nyaring ketika mendapatkan tatapan tajam dari musuh besarnya. Ia menatap tak kalah tajam ke arah Arron, tangannya terkepal kuat mengingat dendamnya kepada ayah Arron. "Kau tahu apa yang kuinginkan Arron Matthew."
"Semua masalah ini karena ayahmu yang gila jabatan itu. Dia rela mengorbankan semuanya, termasuk hidup dan karir sahabatnya. Ayahmu itu memfitnah dan menjadikanku kambing hitam dalam kasus yang sedang ditanganinya hingga membuat hidup keluargaku hancur."
Semua terdiam beberapa saat mendengar penjelasan John. Suasana hening menyelimuti sekitar area pemakaman. Beberapa suara binatang malam terdengar merdu seperti musik pengantar tidur.
"Dan kau tahu ayahmu jugalah yang telah membunuh istriku." lanjutnya memecah keheningan malam. John hanya tersenyum miris melihat wajah Arron yang tampak terkejut dan tidak percaya.
"Ayahmu memang pantas untuk mati."
"Jangan pernah katakan kebohongan apapun tentang ayahku, John!" Arron menggertakan giginya. Napasnya pun mulai tidak beraturan. Amarah kian menguasai tubuhnya.
"Ayahku bukan orang yang seperti itu. Dan satu lagi, istrimu meninggal bukan karena ayahku tapi karena melahirkan anakmu."
"Tahu apa kau tentang kematian istriku, ha?"
"Istriku meninggal karena ayahmu yang menembaknya disaat aku meminta penjelasan tentang kejahatannya."
John tersenyum miris ketika mengingat kejadian 20 tahun lalu yang menewaskan istri tercintanya. Air mata yang selalu ia tahan akhirnya keluar juga, "Kamu tahu, hidupku hancur setelah ayahmu membunuh istriku. Ya, aku tahu jika dia tidak berniat untuk membunuhnya. Namun, karena peluru sialan itu yang seharusnya ditujukan padaku justru menembus dada istriku."
"Istriku rela berkorban demi diriku dengan menjadi tamengku agar peluru itu tidak mengenai tubuhku. Aku sungguh marah dan benci pada diriku sendiri karena mau ditipu oleh sahabat seperti ayahmu itu. Andai saja aku tidak terlalu mempercayainya mungkin hidupku tidak akan sehancur ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
General Fiction"Kamu itu hanya milikku dan aku bersumpah tidak akan membiarkanmu hidup tenang kecuali bersamaku," ucapan Arron begitu membekas di otak Keyla. Gelap dan dinginnya malam kota New York, seakan ingin menggambarkan perasaan Keyla. Tidak pernah terpikirk...