15 menit Sudah berlalu sejak gadis itu membuka matanya. Tapi dia lebih memilih untuk terus berbaring dan tidak ingin beranjak dari kasur empuknya. Dia begitu malas melakukan itu.
"sayang, ayo bersiaplah. Kita nanti akan terlambat jika kau masih bermalasan seperti itu" seorang wanita paruh baya terlihat menghampirinya. Membuka paksa selimut yang membungkus tubuh gadis berumur 19 tahun itu.
Helaan napas kasar terdengar. "iya-iya aku bangun" ucapnya seraya bangun dari tidurnya. Melewati wanita paruh baya yang berstatus sebagai Ibunya itu lalu masuk kekamar mandi.
Sang ibunda hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sang puteri yang tak pernah berubah "Dahyun sayang, selesai mandi langsung turun. Mama tunggu dibawah. Kita makan bersama"
.
S'tengah jam berlalu. Si gadis bernama lengkap Kim Dahyun itu terlihat menghampiri sang ibunda di meja makan. Wajahnya ditekuk pertanda jika Ia sedang kesal.
"Ini makanlah. Ini makanan kesukaan kamu. Mama tadi sempat singgah untuk membelinya" ujar sang Ibunda.
Dahyun mengambil makanan yang di sodorkan untuknya. Lalu makan dalam diam. Sesekali mata mengedar. Suasana rumah ini akan sangat Ia rindukan.
"Ma?"
"kenapa sayang?"
"Apakah kita harus melakukan ini? Aku tidak ingin pergi ke Seoul dan tinggal di rumah paman Minatozaki itu" ucap Dahyun
Sang ibunda menatapnya seraya berkata."sayang, kita sudah membicarakan ini. Dan mulai sekarang kau harus memanggilnya papa, bukan paman lagi!"
Helaan napas kasar Dahyun keluarkan karena tidak bisa menentang ucapan wanita paruh baya itu. Ia tau jika dia memiliki seorang figur Ayah baru sekarang. Tapi bukan berarti dia harus ikutan pindah dan meninggalkan kehidupannya di kota yang membesarkannya ini. Itu fakta yang sangat menyebalkan!
.
Tatapan datar dilemparkan gadis Kim itu sedari tadi. Pemandangan yang begitu indah tercetak jelas diluar mobil yang sedang berjalan. Tapi sayangnya, hal itu sama sekali tidak berarti untuk Dahyun. Dia.. Hanya merasa kesal saat ini.
Hampir satu jam mereka berkendara. Dan akhirnya mereka tiba di Ibukota.Sang ibunda membawa mobil dengan tenang, sedangkan sang anak memilih memainkan handphone dengan perasaan kacau. Dahyun memang tak perduli pemandangan Ibukota yang sebenarnya jarang Ia nikmati ini.
"Dahyun, kita sampai" suara Ny.Kim terdengar digendang telinga. Dan hal itu berhasil menghentikan aktivitas Dahyun. Membuat gadis itu memasukkan handphonenya ke saku jeket dengan gerakan pelan.
Tatapan lekat mengarah ke depan. Rumah dihadapannya begitu mewah. Berbanding terbalik dengan rumah lamanya yang berubah jadi rumah kontrakan kala mereka pindah.
"Ayo turun" titah sang ibunda lagi menyadarkan lamunan sesaat Dahyun.
Dahyun menurut. Dia turun dari mobil. Mendekati pintu rumah di mana sang ibunda juga telah berada di situ.
Seperkian detik kemudian, pintu besar itu terbuka. Menampilkan sosok seorang pria asing tengah tersenyum ke arah mereka.
"Sayang, kalian sudah tiba? Maaf tidak bisa menjemput kalian" ucap pria itu lalu memeluk Ibunda Dahyun sebentar.