10. Surrender?

10K 619 5
                                    

Sana baru saja tiba di rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya, dia membantu Dahyun berjalan. Rumah tampak sepi karena memang orang tua mereka masih bekerja di jam seperti ini.

Sana menidurkan Dahyun yang sangat lemah di kasur empuknya. Dahyun sejak tadi menggigil karena demam yang dia rasakan. Keringat dingin membasahi tubuhnya.

"aku gantikan bajumu ya? Bajumu sudah basah karena keringatmu" ucap Sana lembut

Dahyun mengangguk pelan.

Sana lalu beralih ke lemari Dahyun. Memilih baju yang tepat untuk adiknya yang kedinginan itu.

"aku akan turun kebawah untuk membuatkanmu bubur agar kau bisa minum obat. Istirahatlah lagi" ucap Sana setelah selesai mengganti baju Dahyun dan selesai membungkus tubuh sang adik dengan selimut tebal.

"Sana unnie?" Dahyun menahan pergelangan tangan Sana.

Sana yang semula berdiri sekarang duduk kembali karena tarikan Dahyun. "kenapa?"

"jangan tinggalkan aku. Di sini saja!"

Sana tersenyum. Tangannya terangkat untuk mengelus lembut kepala Dahyun yang sudah penuh keringat dingin lagi. "aku tidak akan lama"

Dahyun menggeleng. Alis Sana terangkat sebelah karena heran dengan sikap dahyun yang tiba-tiba jadi manja seperti ini.

"kalau begitu, aku akan turun untuk mengambil air untuk mengompresmu saja. Itu tidak akan lama. Ya?" ucap Sana lagi

Lagi-lagi Dahyun menggeleng dengan tatapan lembut yang dia berikan pada Sana.

Sana menghela napasnya. "Dahyun-"

"biarkan bibi jung yang buatkan bubur dan mengambil air untuk mengompresku. Unnie jangan meninggalkanku!"

"bagaimana bisa bibi jung tahu kalau kau sakit jika aku tidak turun ke bawah?" Sana kebingungan

Tok..tok..tok..

"lihat kan, bibi jung sangat peka" ucap Dahyun senang karena melihat wanita berumur itu datang ke kamarnya dengan membawakan makanan, obat dan juga baskom berisi air untuk mengompresnya dengan bantuan sebuah troli makanan.

Sana terkekeh, bisa-bisanya Dahyun masih bisa bercanda dengan keadaannya seperti itu. "ya sudah. Kalau begitu langsung makan saja, agar kau bisa minum obat" tegur Sana

"suapin aku"

Bibi Jung tertawa pelan melihat tingkah Dahyun. Sedangkan Sana terdiam membatu melihat gadis itu yang mengeluarkan agyeo nya di saat yang tidak tepat.

"Ya sudah. Aku akan menyuapimu"
Dahyun tersenyum. "Bi, bantu ngompresin Dahyun ya.."

"siap nona"
.

Dahyun baru saja membuka matanya akibat paparan sinar matahari yang mengenai wajahnya. Setelah beberapa detik baru dia merasakan bahwa tangan kanannya di genggam erat oleh seseorang. Dan seseorang itu adalah Sana. Senyum Dahyun terukir refleks.

Ceklek..
Pintu Kamarnya tiba-tiba terbuka, mamanya masuk berlahan

"mama?" ucap Dahyun kaget

"ssttt" wanita paruh baya itu menyuruhnya diam."bagaimana keadaanmu sayang? Sudah merasa baikan?" tanya mamanya sedikit berbisik

Dahyun menggangguk.

"baguslah. Tidak sia-sia jika kakakmu itu mengurusimu semalaman." ucap mamanya sambil memandang Sana yang masih tertidur pulas. "jangan bangunkan dia dulu ya sayang?!"

"unnie tidak kuliah?"

"dia sudah meminta izin semalam pada dosennya untuk merawatmu. Padahal mama bisa melakukannya tapi dia bersikeras ingin merawatmu. Ya sudah Kau juga istirahat lagi agar kondisimu benar-benar pulih. Nanti mama bawakan makananmu" sambung wanita itu sambil mengecup dahi Dahyun dan Sana bergantian lalu berlalu pergi.

My step sister ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang