13

18 6 0
                                    

15.12 PM

Ciiit...

"Apa!? Kau ingin pergi bersamanya? Tidak. Sebaiknya kau tolak saja dia. Itu akan membawa pengaruh buruk padamu."

Kak Ame langsung mengatakan hal itu setelah ia mendengar cerita Lucas soal acara'kencan(?)'-nya dengan Regina. Bahkan ia sampai mengerem mobil mendadak karena sepertinya dia terkejut dengan itu.

"Aku tidak bisa menolaknya. Dia langsung pergi sebelum aku mengatakan apakah aku menerimanya atau menolaknya. Dia akan tetap menungguku."

"Ah..."

Kak Ame kembali menjalankan mobilnya dan fokus pada jalanan yang cukup ramai.

"Lalu, apa yang akan kau katakan padanya jika dia menunggu jawabanmu?" Kak Ame kembali bicara dengan Lucas.

"Aku... Tidak tahu."

"Jadi, kau akan pergi ke sana malam ini?"

"Hm... Begitulah."

"Baiklah. Terserah kau saja. Aku sudah memperingatkanmu."

Aku melihat Lucas yang langsung termenung setelah mendengar peringatan yang terdengar tegas dari Kak Ame.

"Aku juga tidak setuju soal ini, Lucas. Aku sudah mengalami cukup banyak hal dengan gadis itu. Dan... Aku tidak menyukainya. Maksudku... Sikapnya."

Lucas melirikku sejenak, kemudian menghempaskan tubuhnya pada kursi mobil. Perasaannya terlihat teraduk-aduk setelah aku dan Kak Ame tidak mendukungnya untuk pergi dengan gadis pirang itu.

Aku memutuskan untuk membiarkan Lucas memikirkan semuanya dan melihat jalanan dari jendela.

Pengalaman burukku dengan Regina itulah yang menggangguku. Aku takut hal semacam itu akan Lucas terima dan bisa saja memiliki pengaruh buruk seperti yang dikatakan Kak Ame tadi.

Meskipun Lucas sudah dewasa untuk hal semacam ini, tetap saja aku tidak ingin sesuatu yang buruk menimpanya. Sudah sering kukatakan kalau Lucas adalah tanggung jawabku. Aku harus menjaga Lucas agar tetap seimbang dalam emosi ataupun segala yang buruk agar dia tidak dikembalikan ke tempat asalnya. Maksudku... Tidak lagi tinggal di rumah.

Setidaknya... Aku harus mengatakan satu atau dua hal yang bisa membuatnya yakin soal keputusannya itu.

"Lucas, ada sesuatu yang harus kukatakan padamu."

Aku tidak mendengar suara Lucas sama sekali. Aku melihatnya yang nampak menengok ke arah jendela yang ada di sebelah kanannya. Kupegang bahunya dan menggoyangkannya sedikit.

"Lucas?"

Kepalanya pun menengok padaku. Kulihat matanya terpejam dan terlihat kelelahan. Rupanya dia tertidur. Aku tersenyum melihatnya seperti ini.

"Ah... Lihatlah siapa yang kelelahan setelah melewati hari pertamanya di sekolah."

"Biarkan saja. Biarkan dia beristirahat sebelum ia melewati satu momen lagi malam ini."

"Kakak benar. Itu akan menjadi momen yang kita tunggu sebentar lagi.

"Lagipula, dia belum tidur siang. Dia pasti sangat lelah menjalani hari pertamanya. Apalagi... Dengan pelajarannya."

Sepertinya Lucas mengalami hari yang sangat berbeda dari biasanya. Aku senang ini terjadi. Tapi, ada saja beberapa hal yang harus Lucas lewati. Semoga saja dia bisa menyelesaikan semua tantangan yang ia lewati di sekolah.

Aku tersenyum dan ikut menghempaskan tubuhku di samping Lucas. Kulihat kembali langit biru dari jendela yang sesekali terhalang oleh beberapa gedung dari yang kecil, sampai yang pencakar langit.

180 Degrees: Changes of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang