02

85 9 0
                                    

Music: Imminence by Rachel Currea

15.10 PM

Kakiku melangkah ke tempat parkir. Sudah terlihat Kak Ame yang bersandar di samping mobil menunggu kehadiranku di sini.

Aku memang keluar terlambat karena harus piket. Jadwal piket sudah berlaku sejak hari pertama sekolah.

"Maaf menunggu lama, kak. Aku harus piket dulu."

Kak Ame melihatku yang sudah ada di depannya dan mengangguk sebagai tanggapannya.

Tubuhnya langsung bergerak untuk membukakan pintu belakang dan mempersilakanku masuk ke dalam mobil. Tak lama setelahnya, Kak Ame masuk ke mobil dan menyalakan mesinnya.

Aku berniat menjenguk Lucas hari ini. Aku akan mencoba memintanya mengantarkanku ke rumah sakit.

"Sebelumnya... Maafkan aku. Ta- tapi... bisakah kakak mengantarku ke rumah sakit? Aku ingin menjenguk seseorang di sana."

"Apa anda sudah izin pada Tuan Freedy?"

Aku terdiam tak menjawab pertanyaan Kak Ame. Aku ragu dengan itu.

Selama ini aku tidak pernah izin pada ayah untuk bertemu dengan Lucas. Bahkan, ayah tidak tahu apa yang kulakukan setelah pulang sekolah. Aku hanya berkunjung sebentar dan pulang sekitar jam setengah lima.

Hanya Tuan Kelvin saja yang tahu karena dialah yang mengantarku selama ini.

"Maafkan saya, nona. Tuan Freedy menyuruh saya untuk mengantar anda langsung ke rumah setelah pulang sekolah."

"A- aku hanya ingin menjenguk temanku yang sedang sakit sebentar."

"Saya hanya menjalankan apa yang di perintahkan Tuan Freedy."

"Kumohon, kak."

"Maaf nona. Saya tidak akan melanggar perintah."

"Apa jika aku pergi ke tempat lain untuk kepentingan sekolah, apa kakak akan melakukan ini juga?"

"Tentu saja."

"Kalau ayah memanggil di saat seperti ini? Dan itu sangat mendesak?"

"Saya akan menurutinya."

Huft... Inilah bagian tersulitnya. Seorang pelindung ataupun pelayan baru sangat menuruti tuannya. Ini sangat bagus. Aku senang melihat bagaimana patuhnya seorang pelayan baru. Tapi masalahnya waktu ini sangatlah tidak tepat.

Ada seorang pelayan kafe yang sakit saat ini. Dan aku harus menjenguknya.

"Aku hanya butuh waktu sekitar setengah jam. Yang penting aku tahu bagaimana keadaan temanku itu."

"Tidak bisa. Saya tetap akan mematuhi perintah."

Aku terus saja memohon pada pelindung baru ini. Terus saja seperti itu.

Alhasil, dia terus berdiri dengan kokoh. Dia sangat mematuhi ayahku. Di sini aku berperan sebagai angin yang lewat saja. Bertiup kencang dan melewati sebuah batu yang enggan bergerak. Aku tidak akan bisa meniupnya untuk mematuhiku sekali saja.

Setelah lama aku terus memohon padanya, akhirnya aku menyerah. Aku sangat takjub dengan kemampuannya itu. Dia benar-benar hebat. Dia tidak goyah sedikitpun.

Mungkin itu wajar karena ini adalah hari pertamanya bekerja. Selain itu dia ingin tuannya puas dengan kinerjanya yang baik.

Tapi, dibalik rasa takjubku, pasti ada rasa kecewa karena aku tidak bisa menemui Lucas saat ini. Tapi, apa aku masih punya harapan?

Cklak...

"Silakan, nona." Kak Ame membukakan pintu yang ada di samping kiriku.

Aku keluar dari mobil dan masuk ke rumah dengan rasa hampa.

180 Degrees: Changes of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang