04

41 9 0
                                    

11.48 AM

Tidak banyak yang bisa kulakukan hari ini. Aku sudah membersihkan kamarku dan melakukan hal kecil untuk menghilangkan rasa bosanku. Kusempatkan waktuku pula untuk bicara sedikit dengan Kak Ame dikala dia sedang bekerja.

Saat ini saja aku sedang mengganti saluran televisi tanpa henti. Tak tahu harus menonton apa.

Kuletakkan saja remote televisi di samping kananku dan mendongak melihat pintu kamar yang ada persis di depan mataku.

Huft... Sudah hampir enam jam dia di sana. Sejak aku bertanya hal yang seharusnya kusimpan terlebih dahulu atau justru tidak perlu bertanya sama sekali.

Dia terus berada di sana, mengurung dirinya sendiri di dalam ruangan kecil itu. Dia tidak pernah mencoba untuk keluar hanya sekedar mengambil minum untuk menghilangkan dahaganya atau mengambil makanan kecil untuk menunda lapar.

Aku sudah ke sana beberapa kali, mengetuk pintu kamarnya. Namun dia tidak pernah menjawab seolah dia tidak mendengarku.

Kupikir, dia sedang tidur, jadi aku tidak mengganggunya lagi sekarang.

Aku membalikkan kepalaku melihat Kak Ame yang tengah menyiapkan makan siang. Sejak tadi, aku ingin membantunya sedikit. Hanya saja dia menyuruhku untuk menunggunya selesai memasak dan menikmati masakan buatannya nanti.

"Kakak yakin tidak butuh bantuanku?"

Sudah ke sekian kalinya aku menanyakan hal yang sama padanya. Memastikan bahwa dia akan butuh pertolonganku. Namun, aku yakin kali ini dia akan tetap menjawab tidak membutuhkan bantuanku.

Ini adalah pertanyaan terakhirku. Aku tidak akan bertanya lagi padanya setelah ini karena aku sudah menyerah mendengar jawaban yang sama darinya.

Tiba-tiba Kak Ame nampak menghentikan kegiatannya dan melihatku dan menghela napas. Aku sangat yakin dia akan menjawab hal yang sama padaku.

"Karena nona terus bertanya, baiklah. Saya akan memberi anda tugas."

"Eh... Benarkah?"

Aku tidak percaya akhirnya dia memutuskan untuk memberiku tugas setelah aku terus bertanya hal yang sama padanya.

"Ya. Tolong panggil anak itu. Makan siang sudah hampir siap."

"Baik, kak!"

Aku kembali mengambil remote televisi dan mematikan televisi yang sedari tadi hanya menontonku yang sedang suntuk. Aku pun bangkit dari kursi dan berjalan menaiki tangga menuju lantai dua menuju kamar Lucas.

Meskipun tugasku bukan ada di dapur untuk sedikit membantu, tapi tidak masalah. Aku bisa melakukan sesuatu yang lain selain mengganti-ganti saluran televisi terus-menerus.

Tapi, apa kali ini dia akan menjawabku dan membukakan pintu kamarnya? Semoga saja. Aku akan langsung meminta maaf padanya dan mengajaknya makan siang denganku.

Semoga saja aku berhasil.

Aku pun menghentikan langkahku tepat di depan pintu kamar Lucas. Kuangkat tangan kananku yang membentuk kepalan dan kuketuk pintu itu perlahan.

Tok tok tok

"Lucas? Ayo turun. Ayo kita makan siang bersama."

Aku diam menunggu jawaban darinya. Namun, tetap sama. Dia tidak menjawabku. Apa dia benar-benar sedang tidur?

Tok tok tok

"Lucas?"

Hasilnya tetap saja sama. Benar-benar tak ada jawaban darinya. Sepertinya, aku harus memastikan bahwa dia benar-benar sedang tidur dengan sedikit mengintip.

180 Degrees: Changes of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang