27

43 2 0
                                    

Drap drap drap drap

"Dani! Dani! Dani! Dani di mana!?"

Kakiku melangkah kencang melewati berbagai macam wahana di tempat ini. Kepalaku menengok ke segala arah mencari Dani yang tiba-tiba menghilang dari sisiku.

Boneka kelinci merah muda masih kugenggam kuat selama pencarian ini. Boneka ini menemaniku menyusuri tempat ini. Taman bermain raksasa yang penuh dengan permainan dan sangat ramai. Aku pasti akan sangat kesulitan menemukan Dani di tempat seperti ini.

Kakiku lelah berlari dan aku pun berhenti di tengah keramaian. Aku terdiam sejenak melihat keramaian di tempat ini.

"Di mana Dani? Mengapa Nia tidak bisa menemukannya? Apa Dani benar-benar menghilang? Apa Nia tidak dapat bertemu dengan Dani lagi? Nia takut tidak bisa melihat Dani lagi. Selain itu..."

Aku kembali menengokan kepalaku ke segala arah.

"... Nia tidak tahu jalan untuk kembali pada ayah! Nia tersesat! Nia tidak tahu harus ke mana! Nia ingin kembali ke ayah dan menemukan Dani!"

Aku membalikkan wajah boneka kelinci merah muda yang kugenggam ke arah wajahku dan melihatnya dengan putus asa.

"Boonie? Apa yang harus Nia lakukan? Dani menghilang dan Nia tersesat, tidak bisa kembali ke tempat ayah! Boonie harus menolong Nia! Hanya Boonie satu-satunya teman Nia di sini!"

Boneka kelinci merah muda itu tidak meresponku sama sekali. Dia tidak bisa memberiku jawaban atau memberi saran padaku. Aku terdiam dan aku berpikir.

"Jika Nia tidak bisa kembali pada ayah, Nia tidak bisa pulang! Begitu pula dengan Dani! Kita akan berada di sini selamanya dan tak pernah kembali! Tapi, Nia ingin pulang! Nia tidak mau tersesat seperti ini! Nia ingin Dani kembali!"

Aku hanya bisa memeluk boneka kelinci itu kuat-kuat dan tertunduk. Air mataku mengalir begitu saja. Aku takut. Aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Aku sudah pergi jauh dan tidak bisa kembali lagi. Aku akan terjebak selamanya.

"... Ayah... Dani... Nia tersesat...

"... Nia takut. Nia ingin pulang dan bertemu dengan Dani!"

Tidak.

Aku tidak bisa menyerah seperti ini.

Aku kembali menegakkan kepalaku dan melihat semuanya. Kuhapus air mataku dan menggenggam tanganku kuat-kuat.

Aku tidak boleh menyerah. Aku harus terus mencari Dani. Apapun yang terjadi.

Kulangkahkan kembali kakiku dan kembali melihat ke segala arah sembari memeluk boneka kelinci ini. Kuputuskan untuk berlari ke arah wahana berbentuk lingkaran besar dan tinggi yang tak jauh dariku.

Mungkin saja aku dapat menemukan Dani di sekitar sana.

"Nia harus bisa menemukan Dani! Nia harus bisa! Nia tidak boleh menyerah!"

Terus kulangkahkan kakiku mendekati wanaha lingkaran yang besar nan tinggi itu. Aku tidak tahu harus ke mana lagi untuk mencari Dani meskipun banyak sekali arah yang dapat dituju. Namun, aku takut. Aku takut untuk berlari semakin jauh.

"Dani! Dani di mana!?"

Aku terus melihat dan melihat ke segala arah. Aku tidak melihat Dani. Aku tidak melihat laki-laki kecil berambut coklat yang mengenakan kemeja putih yang ditutupi dengan rompi hitam dan celana panjang hitam. Tidak ada pula yang berteriak memanggil namaku. Yang ada hanyalah aku yang terus menerus memanggil nama Dani.

180 Degrees: Changes of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang