26

31 2 0
                                    

16.02 PM

"Berdasarkan pemeriksaan, pasien mengalami gejala anemia. Kami sudah mencatat beberapa resep obat yang bisa di ambil di depan."

Kulihat dokter yang ada di hadapan ayah, memberikan secarik kertas pada ayah.

"Anda bisa mengambil obatnya sekarang dan pasien diperbolehkan untuk pulang. Tapi, dia harus banyak berisitirahat dan banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi."

"Baiklah. Terima kasih."

"Sama-sama, tuan. Kalau begitu, saya permisi dulu. Selamat sore, tuan."

"Selamat sore."

Dokter itu pun keluar dari ruangan ini dan ayah langsung menghampiri Kak Ame yang tak jauh darinya. Aku pun mengembalikan pandanganku pada Lucas, lalu tersenyum padanya.

"Baguslah dokter mengizinkanmu pulang. Kau bisa beristirahat di rumah. Kau sudah melewati hari yang melelahkan."

Lucas mengangguk dan tersenyum padaku.

Hari ini adalah hari yang berat bagi Lucas sekaligus adalah hari terakhir sekolah untuk minggu ini. Kuharap dengan dua hari libur nanti, Lucas bisa beristirahat sejenak agar dapat menjalani hari-hari selanjutnya di sekolah dengan baik.

"Dania?"

Aku langsung menengok ke arah pintu di mana ayah berdiri di sana.

"Ayah harus kembali ke kantor sekarang. Kalian pulanglah setelah Ame mengambil obat."

"Baiklah, ayah."

Ayah hanya mengangguk sekali dan langsung berbalik membuka pintu ruangan ini.

Sudah kuduga dokter hanya akan mengatakan bahwa Lucas mengalami anemia. Baiklah. Sepertinya memang itu yang terjadi.

Hanya saja, aku masih cemas soal yang terjadi pada Lucas di mobil tadi. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Aku takut itu adalah hal serius yang dapat membahayakan Lucas. Tapi, sejauh ini aku tidak pernah mendengar Lucas mengatakan soal apa yang terjadi.

"Maafkan aku. Karena aku kita tidak jadi pergi ke mall."

Aku kembali memandang Lucas dan tersenyum.

"Tidak apa. Aku akan meminta ayah untuk mengatur ulang semuanya. Kalau ayah sibuk, mungkin kita akan pergi bertiga. Hanya aku, kau, dan Kak Ame. Kita bisa ajak Ellie juga kalau kau mau."

Wajah Lucas kembali terlihat cerah. Ia mengangguk senang mendengar ucapanku.

"Aku akan menunggu saat itu terjadi. Pasti akan menyenangkan."

"Tentu saja."

Wajah cerahnya kembali tergantikan dengan kesuraman. Tak seperti biasanya. Aku tidak suka melihatnya seperti ini saat ia sakit. Ini bukan seperti dirinya. Dia tidak banyak bicara saat ia sakit. Memang seharusnya dia beristirahat untuk memulihkan dirinya.

"Ellie. Aku belum pernah melihatnya muram seperti itu selain karena mendiang sepupumu dan aku juga tidak pernah mendengar bahwa kau dan Ellie punya masalah. Padahal sejauh ini kalian sangat akrab."

Dia memikirkan Ellie di saat seperti ini. Namun, memang aneh. Ellie tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya. Apalagi di depan ayahnya sendiri.

"Dia memperkenalkanmu dengan baik pada ayahnya. Namun, setelah ayahnya menyuruhnya untuk       berteman denganku, dia langsung bertingkah aneh. Dan selama ini aku tidak punya masalah dengan Ellie. Semuanya baik-baik saja."

Aku takut pria gila itu juga merusak keluarganya. Membuat Ellie dan istrinya sengsara. Mereka hidup seperti biasa seolah tidak tahu apa yang terjadi. Namun, di balik itu aku takut William akan datang dan menghancurkan segalanya.

180 Degrees: Changes of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang