05

27 9 0
                                    

07.46 AM

Aku meletakan tasku di samping meja dan melihat bangku Ellie yang kosong. Sepertinya dia sedang di luar untuk mengobrol dengan beberapa temannya.

"Halo, Dania!"

Aku berbalik dan melihat gadis bersurai hitam pekat yang rupanya memiliki minat dengan perusahaan kecil keluargaku.

"Oh hai, Claris. Ada apa?" tanyaku diakhiri dengan senyum hangat di pagi hari ini.

"Tidak ada. Hanya menyapa temanku saja.

"Oh... Aku sudah mencoba ke kafe sepupumu. Dan kuakui harganya cukup tinggi. Bisakah kau katakan padanya untuk menurunkan harganya?"

"Baguslah jika kau sudah mencobanya. Sebenarnya ada sebagian menu yang sudah diturunkan harganya. Apa kau lihat menu spesial Danz? Tadinya harganya benar-benar mencapai langit sampai-sampai tidak ada yang mau mencobanya. Aku protes soal itu dan akhirnya Kak Ezra menurunkan harganya. Sayangnya hanya sebagian menu saja yang diturunkan."

"Ah... Begitu, ya?"

"Begitulah."

"Sayang sekali aku tidak melihat menu Danz. Pelayan di sana merekomendasikan menu yang sesuai dengan cuaca dan moodku saat itu."

"Memang seperti itu. Pelayan kafe di sana diharuskan untuk mengetahui mood seseorang. Jika tidak terlihat, mereka biasanya akan menanyakan soal perjalanan hari pelanggan mereka. Menurutmu, bagaimana dengan rekomendasi menu itu?"

"Pelayan di sana merekomendasikan Lemon Squash dan itu sangat sesuai dengan cuaca di luar saat itu. Sangat panas. Aku cukup puas dengan pelayanan mereka."

"Senang bisa mendengar kepuasan dari pelanggan. Kapan-kapan cobalah milkshake coklat favoritku. Kau pasti menyukainya."

"Ah... Tentu saja akan kucoba nanti. Aku akan mencoba semua menu yang kau rekomendasikan."

"Baiklah. Semoga kau puas dengan semua hidangan yang ada di sana."

"Terima kasih untuk informasinya. Kalau begitu, aku akan ke belakang untuk bicara dengan para gadis lainnya. Kau mau ikut?"

"Kau duluan saja. Nanti aku menyusul."

Claris langsung pergi ke belakang, berkumpul dengan beberapa gadis dan berbincang-bincang dengan mereka. Aku tidak melihat Ellie di sana. Padahal, aku ingin bicara dengannya.

Aku duduk di bangkuku dan menunggu bel masuk sambil melakukan sesuatu seperti membaca buku. Kali ini aku mencoba buku yang lain. Buku yang tak pernah kusentuh. Buku yang bahkan belum lepas dari sampulnya.

Novel.

Astaga. Aku hanya punya satu dan itu pun belum kubuka dari plastiknya. Novel ini adalah pemberian Kak Luna. Katanya... Sangat cocok denganku yang disebut orang paling sibuk di antara anggota generasi kedua Keluarga Jones.

Kadang aku dipanggil Si Sibuk oleh Kak Luna. Sebenarnya dia memanggil yang lain juga dengan sebutannya masing-masing. Kak Ezra dipanggil dengan sebutan Si Bawel. Itu terkesan lebih akrab karena jelas Kak Ezra adalah kakak Kak Luna. Daniel sendiri dipanggil dengan sebutan Si Pendiam. Daniel memang hampir tidak pernah bicara pada kami. Dia lebih memilih untuk menggunakan gesture daripada harus mengeluarkan suaranya. Tapi, itu dulu.

Sekarang, dia sudah berubah. Aku tidak percaya dia mengeluarkan suaranya saat bicara denganku. Kukira dia menyembunyikan suaranya karena itu terdengar buruk. Saat kudengar sendiri, itu sama sekali tidak buruk. Justru menurutku...

Wow.

Sangat sesuai dengan dirinya. Dia punya suara yang cukup berat, namun kadang terdengar indah.

180 Degrees: Changes of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang