06

23 7 0
                                    

Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian, aku kembali turun dan melihat Lucas yang sedang menonton televisi, sedangkan Kak Ame sibuk dengan hidangan untuk makan malam. Sesampainya aku di bawah, aku memutuskan untuk ke ruang keluarga dan melihat Lucas. Aku ingin sedikit basa-basi dengannya.

"Hai, Lucas. Boleh aku duduk disini bersamamu?"

Ia langsung menengok melihatku dan tersenyum.

"Oh... Tentu saja boleh. Duduklah!"

Aku langsung berpindah dan duduk di sampingnya. Kulihat televisi yang sedang menayangkan sebuah film yang sangat menarik.

"Kau suka menonton film, ya?"

"Iya. Aku sudah menonton beberapa film siang tadi. Sangat seru dan menarik!"

Aku mengangguk dan melihat beberapa pemeran dalam film itu sedang berlari. Namun, tiba-tiba saja film itu berganti menjadi iklan.

Aku menengok Lucas yang terlihat kesal. Mungkin karena adanya iklan di saat filmnya ada di adegan menegangkan. Sepertinya ini adalah waktu yang pas untuk bicara sedikit dengannya.

"Lucas?"

"Iya?"

"Boleh aku bertanya? Berapa umurmu sekarang?"

"Hum... Sekarang aku masih lima belas tahun."

Lima belas? Seumuran denganku. Kebetulan sekali.

"Kau juga lima belas, kan, Dania?"

"Iya. Kau benar. Pasti Kak Ezra memberitahumu soal itu."

Lucas menengok ke arahku dan mengacungkan jempolnya.

"Benar sekali!"

Ia langsung tertawa karena tingkahnya sendiri. Aku sendiri tersenyum dan ikut tertawa bersamanya.

Jika kulihat, Lucas baik-baik saja. Seperti tidak adalah masalah yang ia pikirkan. Aku senang melihatnya seperti ini.

Tapi, apa aku akan merusak kebahagiaannya jika aku bertanya soal kegiatannya hari ini?

"Ngomong-ngomong... Apa yang kau lakukan selama kami sekolah?"

"Ah... Tidak banyak. Hanya sedikit bersenang-senang dengan menonton film. Tak lupa aku membaca novel yang kau berikan. Ceritanya sangat menarik dan rumit."

"Benarkah? Aku ingin dengar sedikit cuplikan novel itu."

Lucas mengangguk dan mulai menceritakan semua yang ia tahu soal novel itu. Aku mendengarkan dan mencerna isi cerita yang dikatakan Lucas. Ceritanya terdengar menarik seperti yang ia katakan sebelumnya. Novel itu bercerita tentang seorang remaja pria yang hidup dalam lingkungan yang kejam. Di setiap cerita, pria itu selalu mengungkapkan perasaannya dengan penuh misteri seperti ada suatu arti di dalam pengungkapannya itu.

Kami tidak berhenti sampai situ. Aku terus membuat pembicaraan yang baik agar kami semakin dekat. Aku membuat berbagai pertanyaan ringan yang akan sangat diterima olehnya.

Dengan begini, cepat atau lambat dia akan siap untuk percaya dan bisa jujur padaku. Khususnya... Jujur mengenai sakit yang dideritanya selama ini.

Setelah lama bicara, kulihat televisi yang sudah menayangkan kembali film yang Lucas tonton sebelumnya. Aku mengingatkan Lucas soal film itu.

"Lucas, filmnya sudah kembali!"

Lucas melihat televisi sejenak kemudian mematikannya.

"Kenapa kau matikan televisinya? Filmnya, kan, sudah kembali. Kau bisa kembali melihatnya."

180 Degrees: Changes of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang