16

16 6 0
                                    

Kakiku melangkah mendekati laki-laki itu. Aku yakin... Dia adalah pemilik rumah besar ini. Aku berpikir seperti itu karena aku sama sekali tidak mengenalnya. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya.

Laki-laki itu terdiam melihat kehadiranku. Matanya masih melihatku yang mendekatinya. Aku pun masih melihat wajahnya yang nampak sangat lucu. Laki-laki nampak sangat rapi dengan jas hitam kecil yang menutupi kemeja putihnya. Dia terlihat seperti ayah.

Aku menghentikan langkahku ketika aku berada tepat di depannya. Aku mencoba mengukir sebuah senyuman kecil dan mulai bicara dengannya.

"Halo! Perkenalkan. Aku Dania! Tapi, aku lebih senang dipanggil Nia. Siapa kau?"

"...Dani." 

Dani. Namanya hampir sama dengan namaku. Benarkah?

"Wah! Nama kita hampir sama!

"Dani, Dania. Dania, Dani. Ah..."

Laki-laki itu mengangguk senang mendengarku. Dia pasti menyadari hal yang sama.

Tiba-tiba saja tangannya meraih tanganku. Ia tersenyum manis dan mengajakku pergi.

"Dani ingin membawa Nia ke mana?"

"Dani ingin memberitahu Nia!"

"Memberitahu Nia? Memberitahu Nia apa?"

Ia membawaku pada sebuah pintu yang sangat-sangat besar. Ia mendorong pintu besar itu dan membawaku masuk pada sebuah ruangan di balik pintu tadi.

Namun, itu belum selesai. Ia masih menarikku hingga kami menemukan sebuah cermin yang sangat besar di lemarinya. Jauh lebih besar darinya.

"Lihat!"

Aku melihat cermin yang memantulkan refleksi kami berdua. Aku benar-benar merasa kagum melihatnya. Benar-benar mirip.

"Warna rambut Dani dan Nia sama. Mata Dani dan Nia juga sama. Coklat!

"Tinggi Dani dan Nia sama juga. Hanya saja Dani laki-laki dan Nia perempuan."

"Dani benar! Nia belum pernah menemui orang yang terlihat sama dengan Nia!"

"Begitupun dengan Dani!"

Ketika aku melihatnya di cermin itu, rasanya aku seperti melihat diriku sendiri yang berubah menjadi laki-laki. Begitupun sebaliknya. Kami melihat diri kami seperti pasangan kembar.

"Ah... Dani tahu!"

Dani terlihat begitu senang dan pergi. Aku melihatnya pergi ke sebuah meja yang tinggi di samping cermin dan menaiki kursi yang ada di samping meja.

"Hati-hati, Dani!"

Aku berlari dengan cepat dan menahan kursi yang dinaiki Dani agar tidak bergoyang dan jatuh.

"Nah! Dapat!"

Aku hanya bisa melihatnya yang entah mendapatkan apa. Ia berbalik, lalu melompat dari kursi tinggi yang kutahan ini. Namun, sayang pendaratannya tidak mulus.

Bruk!

Dia malah jatuh dengan posisi tengkurap di atas karpet yang sepertinya cukup tebal.

Aku menghampirinya dan berjongkok di sampingnya.

"Dani! Dani tidak apa-apa?"

"Aduh..."

180 Degrees: Changes of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang