23

40 4 0
                                    

15.06 PM

Bel pulang telah berbunyi enam menit lalu. Aku dan Lucas tengah berjalan menuruni tangga menuju tempat parkir, menemui Kak Ame seperti hari-hari biasanya.

Sekolah terlihat masih sangat ramai. Semuanya tengah menuruni gedung dengan santai ataupun terburu-buru. Ada yang bercanda tawa, ada pula yang saling mencinta. Suasana ramai tidak pernah merusak kegiatan mereka sewaktu pulang sekolah. Mungkin aku termasuk yang bagian bercanda dan tertawa. Namun, tidak hari ini karena Lucas tidak bicara padaku sejak sekolah selesai. Biasanya, kalau ada sesuatu yang menyenangkan akan terjadi, dia akan sangat bersemangat membicarakannya. Atau mungkin, setiap pulang sekolah, dia akan membicarakan beberapa hal menyenangkan padaku. Dia selalu pandai dalam membuat topik. Sudah menjadi kebiasaannya sejak dia menjadi seorang pelayan kafe.

Mungkin kali ini, aku harus memulainya terlebih dahulu.

"Lucas? Di mall nanti... Kau ingin ke tempat permainan? Kita bisa mengisi saldo yang banyak agar kita bisa bermain hingga puas."

Dia menengok melihatku dan tersenyum simpul.

"Tentu. Aku yakin itu akan menyenangkan."

"Benar! Kau lihat saja nanti! Aku yakin kau tidak akan ingin pergi dari sana!"

Ia mengangguk dan kembali melihat ke depan. Berjalan terus hingga kami sampai di tempat parkir yang masih sangat penuh. Kami mencari mobil kami dan menemukannya tak lama kemudian. Belum ada Kak Ame.

"Kak Ame belum ada di sini."

Lucas mengecek jendela kanan depan di mana tempat supir berada, lalu kembali melihatku.

"Benar. Kita harus menunggu."

Aku mengangguk dan menyandarkan tubuhku di badan mobil. Sama seperti yang di lakukan Kak Ame sewaktu menunggu kami berdua. Lucas justru pergi dan duduk di trotoar. Biasanya dia akan ikut bersandar bersamaku, lalu membuat satu atau dua permainan selama menunggu. Lagi-lagi tingkahnya membuatku heran.

Aku menengok melihatnya dan menanyainya.

"Kau tidak ingin melakukan sebuah permainan? Seperti... Biasanya."

"Tidak."

"Seperti menebak awan atau mungkin... Berkhayal ada alien di sini?"

Dia menopang kepalanya dengan kedua telapak tangannya dan menggeleng pelan.

"Aku sedang tidak ingin melakukannya."

Aku kembali berdiri tegak dan memutuskan untuk menghampirinya. Duduk tepat di sampingnya.

"Apa ini soal Regina?"

Ia menengok ke kanan. Melihatku yang yang tengah melihatnya pula.

"Aku harus menurutimu, bukan? Aku akan melakukannya."

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu kecewa."

"Tidak apa. Aku baik-baik saja."

Aku kembali melihat ke depan, mendongak melihat langit biru dengan sekumpulan awan di atas sana. Sesekali terlihat satu atau dua burung berterbangan melintasi sekolah ini.

"Aku punya... Kesan yang tidak baik dengan Regina. Dan aku tidak suka caranya memperlakukanmu. Seperti tadi. Dia sangat dekat denganmu. Aku tidak nyaman melihatnya."

"Begitukah?"

"Iya."

"Ah... Kau jujur saja padaku. Kau cemburu melihatku dengan Regina, kan?"

Aku kembali melihat Lucas dan menyenggol bahunya sedikit dan mengeluarkan ekspresi kesal yang kumiliki.‭ Lucas kembali memunculkan senyumannya dan menahan bibirnya agar tidak tertawa.

180 Degrees: Changes of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang