PROLOG

82K 3.9K 38
                                    

Aku seharusnya berpikir untuk mengganti nama, dulu. Mengantisipasi kalau-kalau hari seperti ini akan datang. Hari di mana aku bertemu lagi dengan Marthalena, cinta pertamaku.

Wajah baruku mungkin bisa mengelabuinya—aku bukan William yang tambun dan dekil lagi—tapi nama yang kusandang tidak akan bisa mengelabuinya. Terlebih nama belakangku, Pratama.

"Lena, kenalin, ini William Pratama," kata Roy saat memperkenalkanku pada Lena.

"William Pratama?" gumam Lena. Wajahnya mulai berkerut mengingat-ingat. Bahkan dengan kerutan sebanyak itu pun dia tetap saja luar biasa cantik. Aku tidak yakin napasku yang tertahan sekarang adalah akibat dari harap-harap cemas menunggu respons selanjutnya dari Lena, atau justru karena aku lagi-lagi terpesona padanya. Lesung pipi kecil di dekat bibirnya itu ... masih bekerja seperti selalu, menyedot semua perhatian.

"Oh iya, Pratama, Len. Kamu mungkin kenal orangtuanya. Om Yudha Pratama, konsultan arsitek yang sering kerjasama sama perusahaan keluarga kamu juga," tambah Roy. Membongkar rahasia yang sebenarnya ingin kukubur dalam-dalam.

Lena yang sekarang masih seperti Lena yang dulu. Dia terlalu ekspresif. Aku bisa menebak isi kepalanya hanya dengan melihat raut wajahnya yang penuh kekesalan itu.

Dia masih membenciku. Terlihat jelas dari tampangnya. Matanya yang bulat penuh itu seperti siap untuk menerkamku hidup-hidup. Tapi apalah dayaku, kalau sorot matanya yang kejam itu pun hampir membuatku gila, ingin rasanya aku memberikan kecupan ringan pada kelopaknya agar bisa membantunya menurunkan tegangan tinggi di sana.

"Hallo, Lena. Lama tidak bertemu." Pasrah, akhirnya aku bersuara juga.

Ini mungkin sudah waktunya.

Setelah bertahun-tahun yang lalu aku setia menguntitnya dan berakhir menyerah karena dia sudah bahagia bersama kekasihnya Gery, mungkin sekarang waktunya kami dipertemukan lagi. Dipertemukan untukku bisa menebus kesalahan fatal yang telah kuperbuat padanya.

Aku mengulurkan tangan berharap Lena bisa membaca niat baikku. Bahwa aku bukan William yang dulu. William yang sekarang, datang untuk membawa perdamaian, Lena.

Tapi apa yang bisa kuharapkan? Lena akan membalas uluran tanganku dengan senyum manisnya??? Mana mungkin!!!

Sesuai dugaanku, Lena mengabaikanku.

Kalau saja bukan dalam misi perdamaian, ingin rasaku kudekap punggungnya yang menjauh itu dalam pelukanku. Tidak akan kulepas, sampai habis jatah oksigen untukku dari Yang Maha Kuasa ....

**

Hallo, selamat datang di cerita WILLENA!!!

Sebelum masuk ke cerita, aku mau mengingatkan sekali lagi ya. ini cerita dengan tema marriagelife, cocoknya dibaca untuk yang sudah berusia matang. Walau di depan udah aku kasi kode mature content, takutnya pada nggak ngeh dan terjebak karena bahasan dewasa terselip di cerita. *ups.

BTW, buat yang sudah cukup umur dan memutuskan untuk melanjutkan membaca cerita ini, thank you... :*

WILLENA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang