tanpa judul #16

2.7K 112 2
                                    

Banyu POV

Terlalu banyak kejadian yang terjadi dalam sepekan terakhir ini, dari wafatnya papa, dikebumikan di Yogya hingga akhirnya takdir menemukanku dengan Bu David yang tak lain ada ibu kandung Mas Revan. Sungguh Tuhan, rasanya seperti hidupku ini adalah mainan yang mana tak pernah aku tahu dimana aku akan berhenti, kapan aku menyerah.

Aku sedang memandangi diriku di depan cermin, setelah tadi pagi dengan khidmat mas Revan mengucapkan janji suci atas nama cinta di depan saksi dan Tuhan. Sejujurnya aku sungguh dibuat kagum dan heran, dia dengan begitu hebatnya memaafkan segala kekhilafan dan kesalahan orang tuaku di masa lampau, serta dengan berani mengambil tanggung jawab yang sudah mas Ragan telantarkan.

Malam dimana setelah wafatnya papa di rumah sakit, kedua orang tua mas Ragan hanya tertunduk malu dan menemani mama hingga papa dikebumikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam dimana setelah wafatnya papa di rumah sakit, kedua orang tua mas Ragan hanya tertunduk malu dan menemani mama hingga papa dikebumikan. Itulah masa terakhir kami bertatap muka, selebihnya hanya melalui telepon saja yang berisi isakan penuh kata maaf.

Aku kembali memandangi pantulan wajahku dalam cermin. Bertanya-tanya apakah sudah suratan takdir bahwa kisah cintaku tak pernah berjalan normal layaknya pasangan yang berpacaran, bertengkar, berkasih, dan menikah? Aku tidak pernah berkhayal untuk memiliki seorang suami dengan paras rupawan dan dikelilingi dengan gunung harta keluarganya, aku hanya ingin mereka ada disaat aku butuh dan aku ada disaat mereka butuh.

But, here i am. Nyonya Banyu R. Hasan telah resmi kusandang, bukan lagi bayangan serta angan-angan indah yang dulu sempat kulukis bersama mas Ragan, karena nyatanya itu semua adalah omong kosong belaka. I dont need that.

"Kenapa dilihatin terus cerminnya? Nanti pecah gimana?"

"Kalau pecah, berarti kamu pelakunya."

"Iya lah. Perasaan sehari ini kamu lebih sering memandang cermin daripada aku."

"Ih, cemburu kok sama cermin."

"Biarin. Oh ya, kata Ibu make up nya segera dibersihkan biar wajahmu nggak rusak."

"Iya. Bilang makasih ama Ibu."

"Aku nggak?" aku hanya tersenyum maklum mengingat seperti inilah bentuk kedekatan kami yang tidak terbantahkan sekalipun pernah berjauhan dan ditentang orang tua. Karena pada akhirnya, dialah jodohku yang sebenarnya. Aku melihatnya berjalan melewati kursi sofa dan menghampiriku sambil membawa sebuah kotak yang sepertinya berisi penuh dengan....ah entahlah apapun isinya.

"So, what is inside?"

"So, what is inside?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanpa Kata (COMPLETE-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang