Kami berbulan madu di sebuah kawasan homestay di Pulau Umang, Banten. Sebelumnya kami singgah dulu ke Jakarta untuk membawa kabar pernikahan kami ke pihak kantor dan secara resmi akan melakukan pengunduran diri. Well, pada umumnya di perusahaan negara, tidak diperkenankan apabila suami istri berasal dari satu perusahaan yang sama. Tapi karena tidak mendapat persetujuan dari atasanku secara langsung, maka akhirnya atasan sekaligus pria yang saat ini kusebut sebagai suamiku melakukan beberapa bahasan 'win-win solution'.
Setelah segala perkara tersebut selesai dalam waktu kurang dari dua hari, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat bulan madu. Untuk meminimalisir kelelahan saat berkendara, kami berangkat menggunakan jasa travel. Jika pada umumnya di destinasi kami menyediakan untuk paket honeymoon tiga hari dua malam, maka seperti biasa, mas Revan ini selalu suka yang tidak biasa. Karena dia memesan kamar eksklusif dengan beberaa tambahan fasilitas serta jangka waktu lebih kurang lima hari empat malam.
Selepas pulang honeymoon, kami langsung menuju ke rumah baru mas Revan. Sejujurnya aku juga kaget karena setahuku adalah dia tinggal di sebuah apartemen di dekat wilayah perbelanjaan, namun sekarang sudah berdiri di hadapanku sebuah rumah yang cukup kubilang luar biasa besar untuk dihuni dua orang.
"Sejak kapan beli rumah ini?"
"Sejak kita dekat. Tapi bukan beli sebetulnya, karena rumah ini udah dari dulu sering dipakai Ayah sama Ibu kalau pas ada perlu kesini."
"Terus kenapa dulu tinggal di apartemen?"
"Praktis. Maklum masih bujang. Sekarang kan lain, ada istri, dia suka masak, suka berkemas rumah, so i think living at our own home is better."
Aku dituntun mas Revan, hampir seperti orang lumpuh, menuju ke dalam rumah. Untuk rumah di kawasan ibukota dengan luasan sebesar ini pasti tidaklah murah. Tulang lututku seolah tak berguna, karena kedua kakiku terasa lemah sekali, belum lagi pundakku yang merosot, dan wajahku...ah entahlah mungkin sudah sepucat mayat.
Rumah dua lantai dengan warna favoritku, ditambah dengan teras depan yang minimalis tanpa pekarangan hijau, maklum lah aku bukan pecinta tanaman. Tampilan pada sisi depannya tampak membosankan, but aku benar-benar dibuat shock saat melihat isi dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Kata (COMPLETE-END)
RomanceHal terakhir yang pernah kuingat adalah dia pergi untuk kembali bersatu dengan masa lalunya. Tinggallah aku dengan masa-masa yang terlewati tanpa seberkas memori apapun tentang dirinya. Aku tidak pernah benar-benar mengingatnya, tapi satu hal yan...