Rensya menggeliat dan perlahan membuka matanya, ia melihat kearah jam dinding ternyata sudah malam. Ia ingat sewaktu kepalanya pusing dan saat itu juga ia tidak sadarkan diri. Ini salahnya, coba saat itu ia tidak menerobos derasnya hujan maka ia tidak akan drop seperti ini. Sebenarnya tubuh Ren rentan terkena sakit, bahkan sering kali ia sering merasa kelelahan setelah berkerja. Bahkan waktu buat istirahatnya juga sangat sedikit, sehabis pulang kuliah Ren langsung pergi ke restaurnt milik keluarga Kim untuk berkerja. Itu kegiatan setiap hari yang selalu Ren lakukan, Ren menghela nafasnya badannya masih terasa lemas. Pintu kamarnya terbuka, Dema masuk kedalam kamar Ren seraya membawa nampan berisi semangkuk sop dan mineral juga vitamin.
"Hei sudah bangun ternyata. Aku bawa sop untukmu, sini aku suapi" ucap Dema seraya duduk disamping Ren
Ren tersenyum "Sejak kapan kau berada disini. Seingatku, ada kim dan jenan juga genan. Lalu dimana mereka"
"Makanlah dulu jangan banyak bertanya, nona" ucap Dema
Ren mengangguk. Dema dengan sabarnya menyuapi Ren, ia tidak pernah merasa direpotkan oleh Ren. Karena ia sangat senang jika merawat Ren, ia sudah menganggap Ren seperti adiknya. Setelah selesai, Dema menaruh mangkuk dimeja.
"Sekarang kau harus minum vitamin" Dema menyodorkan vitamin untuk Ren
Setelah selesai semua. Dema menaruh diatas meja. Ren menatap Dema, ia bersyukur ada seseorang yang mau peduli padanya dan mau merawatnya saat seperti ini.
"Terima kasih" ucap Rensya
Dema tersenyum "Tidak usah bilang terima kasih. Kau sudah ku anggap seperti adikku sendiri"
"Yah. Jadi dimana mereka ?" Tanya Ren
"Kim kembali lagi ke restaurnt karena ada urusan disana. Jen harus menghadiri acara makan malam bersama rekan bisnisnya. Dan genan, ia harus kembali ke mansion karena karlet sendirian disana." Jelas Dema
Ren mengangguk mengerti. Sebenarnya ia ingin bertanya-tanya tentang kedekatan Dema dengan yang lain. Karena sebelum Ren menggenal Dema, ia lebih dulu menggenal Jenan dan lalu Jenan menggenalkannya kepada Kim dan keluarganya. Dan setelah itu ia bisa kenal si kembar dari Jenan dan Kim.
Dema menatap Ren yang sedang melamun. Entah kenapa akhir-akhir ini, Ren selalu melamun tidak jelas menurutnya. Bahkan kondisi tubuhnya sedang tidak baik, tidak biasanya Ren seperti itu. Dema tau tentang keluarga Ren, maka ia sangat ingin sekali merawat, menjaga dan melindungi Rensya. Tangan Dema menggelus rambut Ren.
"Ada apa. Kenapa kau melamun" tanya Dema lembut
"Ah aku tak apa, dema. Apa kau sudah makan ?" Ucap Ren
Dema mengangguk tersenyum. Saat itu juga ponsel milik Dema berbunyi, ia mengambil ponselnya ternyata ada telfon.
"Sebentar ren. Aku angkat telfon dulu" Dema berjalan kearah balkon.
Ren hanya menatap Dema. Ia melirik kearah meja dan mengambil ponsel miliknya. Tidak ada notifisikasi dari siapapun, ia menaruh ponselnya di atas bantal di sampingnya. Ren memejamkan matanya, Dema kembali masuk dan melihat Ren.
"Rensya" ucap Dema pelan
"Ah iya ada apa, dema" Ren membuka matanya
"Maaf. Aku tak bisa menemani mu malam ini, karena ada pasien yang musti aku tangani" kata Dema
"Tidak apa. Pergilah dema, aku bisa jaga diriku. Kau hati-hati di jalan yah" ucap Ren
"Apa kau benar tidak apa ?" Tanya Dema
"Yah aku tidak apa. Pergilah"
"Yasudah aku pergi dulu. Jika ada apa-apa hubungi aku yah, jaga dirimu baik-baik" Dema mengacak rambut Ren
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable
Teen FictionSikap dingin dan acuh tak acuh, tapi sebenarnya hatinya sangat lembut saat itu juga sikapnya berubah menjadi sikap mudah khawatir dan peduli. Yah, lelaki bernama lengkap Genan Haldern lah yang mempunyai sikap dingin dan acuh tak acuh tapi semuanya b...