Chapter 09

1.2K 62 0
                                    

     Mata Genan terbuka, ia terbangun dari tidurnya. Badan sangat lelah karena semalam ia harus berkutik didepan laptop, karena ada beberapa berkas yang musti di selesaikan oleh dirinya. Semalam juga ia harus berbagi waktu karena harus menjaga Rensya, walau ia mengerjakan tugasnya diruang rawat Ren. Ia juga sesekali mengecek kondisi Ren karena takut jika gadis itu terbangun tengah malam. Genan menguap, ia melihat kearah jam dinding ternyata sudah jam 05:30. Semalam dirinya tidur sangat larut, dirinya juga tidur disofa.

Genan bangun dari sofa. Ia berjalan kearah kamar mandi, tapi sebelum itu ia melihat kearah Ren yang terlelap dalam mimpinya. Wajahnya sangat tenang dan pulas dalam tidurnya, senyum Genan terukir saat melihat wajah Ren yang selalu membuatnya nyaman. Ia melangkah masuk kedalam kamar mandi, untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Saat itu juga mata Ren perlahan terbuka, Ren mengerjapkan matanya. Melihat ke sekelilingnya, Ren melirik kearah sofa ia mengerutkan dahinya. Semalam ia sangat ingat bahwa Genan berada disofa, lalu dimana dia ?.

Rensya ingin membenarkan posisinya menjadi bersandar. Tapi saat dirinya ingin bergerak, kakinya mati rasa. Ren baru menyadari bahwa kakinya kemarin telah dioperasi, Ren tersenyum hambar saat ia mendengar penjelasan dari Dr.Kio. Bahwa Ren harus menunggu waktu selama dua minggu kedepan agar kakinya bisa berjalan normal dan itupun kemungkinan. Tanpa sadar air mata Ren mentes, ia takut jika nanti kakinya akan lumpuh sebelah. Ren tidak mau lumpuh dan merepotkan orang lain, dan apa lagi dirinya tidak punya siapa-siapa lagi. Ren tidak mau itu terjadi.

Genan keluar dari dalam kamar mandi. Saat ia berbalik badan, ia tersenyum saat melihat Ren sudah bangun. Genan berjalan menghampiri Ren, tapi ia merasa ada yang aneh dari Ren. Ia menatap Ren, ternyata benar jika mata Ren sudah sembab. Entah kenapa hati Genan seakan tertusuk saat melihat air mata jatuh dipipi Ren, tangis pilu tanpa suara yang membuat Genan tidak tega melihatnya.

"Hai. What happened ?" Ucap Genan lembut seraya menarik kursi disebelah brankar.

Ren menoleh kearah Genan. Ia tersenyum tipis melihat Genan, sedangkan Genan menggulurkan tangannya untuk menghapus air mata Ren dengan ibu jarinya.

"Jangan nangis. Semua akan baik-baik saja" Genan tersenyum hangat

"Genan" Ren memegang tangan Genan begitu erat

"Ada apa hem ? Apa kau ingin sesuatu. Apa kau lapar, nona" ucap Genan

"Tidak. Aku hanya ingin bertanya" Ren membuang nafasnya

"Kau ingin bertanya apa ?" Tanya Genan

"Apa kaki ku. Akan sembuh kembali seperti sedia kala, genan ? Aku tidak ingin lumpuh dan berada dikursi roda" ucap Ren lirih dan sangat lirih

Genan bungkam. Ia tidak kuat mendengar ucapan Ren barusan. Ucapan yang sangat membuat hatinya tertusuk begitu saja, baru saja dirinya ingin menghibur gadis dihadapannya. Tapi apa ? Pertanyaan itulah yang membuat Genan harus bungkam. Ren menatap Genan, ia tersenyum getir saat melihat raut wajah Genan.

"Yah sekarang aku mengerti. Kemungkinan besar kaki ku tidak akan bisa kembali normal bukan ? Lalu untuk apa kalian melakukan operasi kemarin. Jika kenyataanya kaki ku tidak akan kembali normal" ucap Ren dengan nada yang begitu pilu

"Hey cukup. Kau ini bicara apa, kita semua melakukan operasi karena demi sembuhan dirimu agar kau bisa berjalan kembali. Dan percayalah padaku, jika suatu saat akan ada keajaiban dari tuhan untuk kesembuhan kakimu" kata Genan menenangkan.

"Dan apa kau lupa. Dema dan Kio bilang, jika kau harus menjalani terapi selama dua minggu kedepan. Kumohon jangan putus asa, kita semua akan melakukan yang terbaik bersabarlah" sambung Genan

Ren menggeleng "Tidak! Aku tidak mau merepotkan siapapun. Aku tidak mau membuang uang kalian hanya demi diriku, dan aku mungkin tidak akan bisa membayar semuanya kembali. Genan"

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang