Dua minggu kemudian...
Siang yang cerah dan angin yang terus menerpa-nerpa, membuat seorang gadis berambut coklat diam dan menikmati angin yang terus menerpa rambutnya. Gadis yang bernama lengkap Rensya Falker itu tengah, duduk disebuah taman kota seraya mendengarkan musik lewat earphone, Rensya sejak tadi sudah duduk ditaman kota ia tidak sendirian melainkan bersama Kim. Rensya terus tersenyum saat melihat Kim yang tengah asik memotret beberapa orang yang sedang berlalu lalang. Kim sejak tadipun sibuk dengan kameranya, entahlah sejak kapan Kim menyukai memotret.
"Kim. Apa kau tidak lelah ? Sejak tadi kau selalu memotret orang yang sedang berlalu lalang!" Kata Rensya
Kim menoleh "Hm tidak, Ren. Aku tidak lelah, aku masih ingin mengambil beberapa foto lagi!"
"Sejak kapan kau menyukai dunia fotografi ? Setauku, kau hanya menyukai dunia masak!"
"Aku rasa sejak, Dema membawaku berlibur ke Korea, kau tau Rensya! Disana Dema terus memainkan kameranya, setiap kali kita berkeliling korea atau pergi kesuatu tempat yang menurut Dema indah. Dia selalu menyuruhku untuk bergaya, dan dia mengambil fotonya! Ternyata hasilnya sangat indah, dan dia juga menyuruhku untuk mengambil foto dirinya!" Kata Kim antusias
Yah satu seminggu yang lalu, Kim dan Dema pergi berlibur ke Korea. Kim bercerita kepada Rensya, jika Dema mengajari Kim cara mengambil foto yang benar dan bagus. Selain seorang dokter, Dema juga mempunyai bakat seperti fotografer. Namun setelah kepulangan mereka dari Korea, Kim jatuh sakit selama tiga hari. Dan hari ini Kim diperbolehkan untuk berjalan-jalan keluar, walau kondisi Kim belum pulih. Kim memasak kepada Jen, untuk menyuruh Rensya menemaninya berjalan-jalan. Dengan terpaksa Jen mengizinkan adiknya itu.
"Iya, Kim. Aku sudah mendengar ceritamu itu, oke sekarang kau harus makan siang! Tidak ada penolakan!" Rensya menarik kamera milik Kim dari tangan Kim
"Ren! Astaga kau seperti Kakaku, dan juga Dema. Kalian sangat menyebalkan!" Cibir Kim
Rensya hanya tersenyum, ia melepaskan earphone. Lalu Rensya mengeluarkan sebuah roti isi dari kotak makannya. Kim mengambil roti isi dari tangan Rensya, lalu memakannya.
"Rensya. Selain kau sahabatku yang sangat perhatian dan baik, kau seperti Kakaku. Kau selalu menjagaku dengan baik, dan menyanyangiku. Terimakasih, Resnya!" Ucap Kim seraya memeluk Rensya
"Tidak perlu berterima kasih padaku, itu sudah menjadi kewajibanku sebagai sahabatmu. Sudah sekarang kau habiskan roti isinya!" Kata Rensya
Kim mengangguk. Ponsel milik Rensya berdering, Ren mengambil ponselnya dari dalam tas kecilnya, ternyata Genan menelfonnya.
"Hallo, Genan!"
"Hai, sayang. Apa kau sudah makan siang hari ini ?"
"Yah, ini aku sedang makan siang bersama Kim, ditaman kota. Lalu apa kau sudah makan siang ?"
"Taman kota ? Kau sedang berada diluar mansion, mengapa kau tidak bilang padaku, jika kau ingin keluar!"
Rensya meringis saat mendengar nada bicara Genan mulai marah. Ia lupa untuk berpamitan kepada Genan, jika dirinya pergi atas kemauan Kim. Kim yang melihat raut wajah Rensya langsung mengerti, dan langsung menarik ponsel Rensya.
"Hallo Genan! Kau tidak perlu khawatir, Rensya akan aman bersamaku. Lagipula, akulah yang meminta Rensya untuk keluar dan pergi bersamaku! Jadi kau tidak perlu khawatir dan marah tidak jelas, oke! Lebih baik kau urusi saja pekerjaanmu!"
Setelah mengucapkan itu Kim langsung memutuskan sambungan telfonnya. Rensya diam tidak percaya apa yang Kim ucapkan pada Genan ditelfon tadi.
"Kim---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable
Teen FictionSikap dingin dan acuh tak acuh, tapi sebenarnya hatinya sangat lembut saat itu juga sikapnya berubah menjadi sikap mudah khawatir dan peduli. Yah, lelaki bernama lengkap Genan Haldern lah yang mempunyai sikap dingin dan acuh tak acuh tapi semuanya b...