Chapter 21

1K 42 0
                                    

   Rensya mengerjapkan matanya, ia bangun darinya tidurnya. Keadaannya sangat kacau, semenjak kepulangan Rensya dari mansion Rayan yang dipaksa pulang oleh Genan. Rensya terus menangis, bahkan ia tidak menyangka bahwa Genan bersikap kasar kepadanya baginya Genan telah berubah. Ia semalam menangis didalam kamar mansion milik Genan. Bahkan sekarang pun, keadaannya bisa dibilang sangat berantakan juga kacau. Rensya menggusap wajahnya dengan kasar, lalu ia menghela nafas dan berjalan menuju kamar mandi.
Karlet yang baru turun dari tangga langsung menghampiri Genan dengan wajah yang ceria. Genan sedang berada diruang makan, ia sibuk dengan laptopnya. Karlet menarik kursi yang berada didekat Genan lalu ia menatap kaka sepupunya itu cukup lama dengan senyum manisnya. Genan melirik, ia tahu bahwa Karlet sedang memandanginya.

"Berhentilah memandangiku, Karlet! Apa kau tidak bosan" ucap Genan tanpa menoleh

Karlet tersenyum "Tidak. Aku tidak bosan, aku hanya sangat bahagia saja karena kau sudah membawa, Rensya kembali"

Genan menoleh kearah Karlet yang tampak semangat pagi ini. Karlet tidak tahu jika Genan membawa Rensya dengan paksa juga kasar, bahkan dirinya sempat menggancam Rensya. Karena sewaktu Genan dan Rensya tiba dimansion, Karlet sedang tidak berada dimansion melainkan pergi bersama Gema. Bahkan Genan menyuruh Rio dan Johan untuk tidak memberitahu keadaan Rensya yang kacau saat itu.

"Kau tau, Genan. Aku sangat senang saat mendengar jika dia sudah kembali kemari. Karena aku tidak akan kesepian lagi, jika Gema sedang sibuk dengan bisnisnya" kata Karlet

"Terserah apa kata kau saja"

Genan berdiri seraya membawa nampan yang berisa sarapan untuk dibawa ke kamar Rensya. Karlet menatap Genan.

"Apa kau ingin ke kamar, Rensya ? Jika iya. Aku ingin ikut"

"Tidak! Kau bisa bertemunya nanti" Genan melangkah meninggalkan Karlet

Karlet menatap heran entah kenapa, ia merasa bahwa Genan sedikit berubah. Rensya telah selesai dengan kegiatan mandinya, ia berjalan menuju meja rias. Kamar yang dulu pernah ia tempati tidak berubah bahkan tetap rapih dan sama, hanya saja ada sebuah figuran foto Rensya saat bersama dengan Genan. Rensya membalikan figuran foto tersebut, dan saat itupun Genan masuk kedalam.

"Apa kau masih marah terhadapku ? Sampai-sampai, kau membalikan foto itu"

Suara berat nan dingin itu, membuat Rensya terkejut dan ia menoleh melihat Genan yang membawakan sarapan. Rensya memutar bola matanya malas.

"Sejak kapan kau memutas bola matamu, saat aku sedang bicara" tanya Genan seraya melangkah maju

Rensya membuang muka kearah lain. Jujur saja dirinya masih marah terhadap Genan. Dan jujur saja dirinya juga sangat merindukan sikap lembut Genan kepadanya. Genan menaruh nampan diatas meja, lalu ia berjalan kearah meja rias. Rensya mendongak menatap kaca, ternyata Genan berada dibelakang sedang tersenyum. Lalu Genan mengambil sebuah sisir dan menyisirkan rambut Rensya dengan sangat pelan, itu membuat Rensya diam membeku.

"Maafkan aku. Aku tau kau masih marah terhadapku, aku melakukan ini karena aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Mungkin kau akan berfikir jika aku berubah, iya! Aku berubah seperti ini karena kau, Rensya. Kau sangat berpengaruh untukku, jadi kumohon jangan menolak apa yang kuucapkan" ucap Genan lembut namun terdengar perintah

"Tapi mengapa kau bersikap kasar padaku, tidakkah kau lihat kantung mataku ini seperti panda!!" Gerutu Rensya

Genan tersenyum "Maafkan aku sekali lagi, Rensya. Ayo makan, aku membawakan kau sarapan. Kau pasti lapar"

"Tidak. Aku tidak lapar" ucap Rensya

"Rensya! Makanlah" tegas Genan

"Kau ini kenapa! Kenapa kau menjadi seperti ini, selalu mengaturku!" Tanya Rensya

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang