Chapter 08

1.3K 56 1
                                    

Jam menunjukan pukul 14:30. Dan sore ini jam 17:00, operasi akan di lakukan. Genan sekarang berada di dalam kamar rawat Ren, ia duduk samping ranjang Ren seraya menatap wajah yang tengah terlelap dalam tidurnya. Rayan berpamitan karena ada urusan yang musti dia urus, Rayan akan kembali lagi setelah urusannya selesai. Untung saja saat Genan kembali lagi kerumah sakit dan masuk kedalam kamar rawat Ren. Ren sudah terlelap dalam tidurnya jadi Genan tidak musti menjawab apapun. Genan memegangi tangan Ren, entah kenapa perasaannya tidak tenang.

"Jika boleh. Aku ingin menanggung semua bebanmu sekarang dan seterusnya. Aku ingin berada disampingmu, dan aku tulus" gumam Genan

Genan terus menatap lekat wajah Ren. Tiba-tiba pintu terbuka, Karlet dan Gema masuk kedalam. Karlet langsung berlari menghampiri Genan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tenangkan dirimu dulu, sayang" ucap Gema pelan

"Tidak, gema. Kaka apa yang terjadi dengan ren lagi haa!" Seru Karlet secara menatap Genan

"Ustt! Hei tenang, karlet. Suaramu akan membuat ren bangun. Tenang oke" ucap Genan menenangkan Karlet

Karlet menghela nafasnya "Ceritakan!"

"Ren. Tersrempet oleh mobil milik ruby dan---"

"Ruby ? Apa gadis yang pernah membentak rensya di sewaktu bertabrakan direstaurnt milik kim ?" Karlet memotong ucapan Genan

"Apa maksudmu, sayang" tanya Gema bingung

"Yah apa maksudmu, karlet" tanya Genan

"Wait!! Seminggu yang lalu. Ren terluka karena terjatuh, ren terjatuh karena tidak sengaja bertabrkan dengan seorang gadis bernama. Ruby anetsia, yah itu aku sangat ingat nama gadis itu. Dan saat itupun gadis itu marah-marah tidak jelas kepada ren." Ucap Karlet "Lalu apa sekarang ? Apa ren terluka lagi karena ruby itu atau ruby lain, ka ??"

Genan mengangguk. Sontak Karlet kaget, tapi Gema berusaha menenangkannya. Genan mulai menceritakan semuanya kepada mereka soal kejadian siang lalu. Karlet terisak dalam dekapannya Gema, ia tidak tega melihat Ren seperti sekarang.

"Dan kemungkinan besar jika operasi itu gagal. Kaki ren akan lumpuh sebelah, dan jika berhasil ren akan berjalan normal kembali" Genan membuang nafasnya pelan.

"Apa kau sudah memberitahu dema ? Mungkin saja dema bisa melakukan operasi itu semampu dia" ucap Gema

"Aku sudah menghubungi dema berkali-kali. Tapi tidak ada jawaban, dan menelfon kerumah sakit menanyakan dema ada disana atau tidak. Ternyata, dema sedang melakukan operasi kepada pasien lain" jelas Genan

"Lalu. Jika nanti, ren menanyakan soal kakinya. Apa yang musti kita jawab! Apa" ucap Karlet lirih

Dua lelaki itu bungkam. Mereka pun masih bingung apa yang musti mereka jawab, jika Ren menanyakan kondisi kakinya. Ponsel milik Genan berbunyi, ternyat Dema menelfon Genan.

"Ada apa kau mencariku"

"Darimana saja kau. Cepat kemari, kerumah sakit akan kuberitahu tempatnya"

Genan langsung mematikan sepihak. Ia mengirim lokasi rumah sakit Ren dirawat kepada Dema.

"Apa dia akan normal kembali, gema" tanya Karlet lirih

"Percayalah tuhan bersama kita, sayang. Semoga ren baik-baik saja dan normal kembali" Gema mengelus punggung Karlet

Genan hanya menghela nafas. Rasa khawatir Karlet terhadap Ren sama sepertinya. Ia selalu berdoa yang terbaik untuk gadis yang tengah memejamkan matanya.

Mata Ren perlahan terbuka. Ia melihat ke sekelilingnya, dan tatapan mata Ren dan Genan bertemu. Ren tersenyum kepada Genan, namun Genan hanya menatapnya sendu. Ren melihat Karlet tengah terisak didekapan Gema, ia mengerutkan dahinya menatap Karlet. Genan yang menyadari itu bingung musti bagaimana.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang