Rensya berjalan keluar dari perpustakaan yang berada dimansion Genan. Ia sudah cukup lama berada didalam perpustakaan membaca banyak buku didalamnya, ia melirik kearah jam tangannya ternyata hari sudah siang. Rensya menghela nafas, ia sedikit merasa bosan berada didalam mansion. Apalagi Karlet sudah pergi ke New York sejak tadi pagi bersama Gema, dan sekarang tidak ada yang mengajaknya untuk bercengkraman. Genan ? Lelaki itu mungki sekarang sedang sibuk dikantornya bersama berkas-berkas dan laptopnya. Rensya berjalan kearah dapur, dan melihat ada Jia yang sedang merapihkan piring-piring. Jia tersenyum saat melihat ada Rensya memasuki dapur, begitu juga Rensya tersenyum ramah kepada Jia.
"Apa ada yang bisa saya bantu, nona" tanya Jia
Rensya diam sejenak, lalu ia tersenyum. Rensya akan membuatkan makan siang untuk Genan, dan ia sendiri yang akan mengantarkan makan siang untuk Genan kekantornya.
"Aku ingin membuat makan siang untuk Genan, Jia" ucap Rensya
"Oh. Biar saya bantu nona"
"Tidak perlu, Jia. Kau duduk saja disana"
Rensya menunjuk kearah kursi patry, Jia hanya mengangguk jika ia membantah Rensya percuma saja. Karna Rensya akan terus memaksanya. Rensya mulai memotong-motong sayur dengan sangat antusias. Siang ini Rensya akan membuatkan makan siang untuk Genan sebuah sop ayam, Rensya sangat menyukai sop ayam sejak kecil jadi Rensya ingin Genan juga menyukai nanti.
Jia terus memperhatikan Rensya yang sedang asik berkutit dengan masak-memasaknya. Jia sangat menggangumi Rensya, karna gadis itu sangat baik dan juga tulus Jia bisa melihat dimatanya. Bahkan terkadang Rensya selalu menyuruh Jia untuk memanggilnya nama saja, karna usia Rensya dan Jia beda dua tahun dari Jia.
"Aww!" Pekik Rensya
Jia yang mendengar jeritan Rensya langsung menghampirinya, Jia terkejut saat melihat jari Rensya terluka dan berdarah.
"Nona. Jari kau berdarah, ayo akan aku obati. Dan biar saja aku yang melanjuti masaknya" ucap Jia
Rensya menggeleng, ia menolak saat Jia berniat ingin mengobati luka dijarinya.
"Tidak usah, Jia. Sebentar lagi selesai" ucap Rensya seraya tersenyum
"Tapi nona. Jika tidak segera diobati, jari kau akan terinfeksi"
"Tidak akan. Setelah selesai aku akan mengobatinya sendiri, tenang saja Jia"
Jia menghela nafas, percuma jika dirinya terus memaksa Rensya. Karna gadis itu cukup keras kepala. Setelah beberapa menit selesa, Rensya langsung menaruh kotak makan diatas meja patry.
"Sudah selesai, sekarang aku harus bersiap-siap dulu" gumam Rensya
"Apa kau sudah selesai nona ?" Tanya Jia
Rensya mengangguk tersenyum, lalu ia melangkah pergi menuju kamarnya dan akan mengobati lukanya. Johan melangkah masuk kedalam dapur saat Rensya sudah keluar dari dapur.
"Aku mendengar jika jari nona Rensya terluka ? Benarkah" tanya Johan
Jia mengangguk "Benar. Aku sudah memintanya untuk diobati terlebih dulu lukanya, namun dia tetap tidak mau sebelum memasaknya selesai"
"Memasak ? Untuk apa dia memasak, dan untuk siapa ?"
"Siapa lagi jika bukan tuan muda" kata Jia
"Jadi dia akan pergi kekantor tuan Genan, untuk mengantar makan siang ?" Tanya Johan
"Iya. Yasudah aku ingin kembali kerja" ucap Jia seraya melangkah pergi.
Rensya sudah siap akan pergi kekantor Genan. Namun ia mencari Dante, orang kepercayaan Genan yang kini sudah menjadi bodyguard Rensya. Johan berjalan menghampiri Rensya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable
Teen FictionSikap dingin dan acuh tak acuh, tapi sebenarnya hatinya sangat lembut saat itu juga sikapnya berubah menjadi sikap mudah khawatir dan peduli. Yah, lelaki bernama lengkap Genan Haldern lah yang mempunyai sikap dingin dan acuh tak acuh tapi semuanya b...