Late Nite

3.2K 163 3
                                    

Aku memegang bagian bawah kaus suamiku, dia bersiap membawa sapu.

Langkah Suamiku tertahan karena Aku memegang bagian bawah kausnya.

"Alamak kita didalam rumah sayang bukan di kuburan, penakut amat siiiih" 

Aku pasang muka cemberut sementara Mas Andi nyengir menahan tawa. Dia bersiap membawa sapu. aku tarik lagi kaosnya. Dia menoleh,

" Apaan lagi siiiih ? "

" Ayah bawa sapu, Aku bawa apaan dong,"

" Sutil," jawab Suamiku sekenanya

" kok Sutil ? "

" Yo wes Wajan atau panci ! " Aku melotot, Mas Andi makin lebar nyengirnya. Aku kembali dibelakang Suamiku dengan Sutil ditangan kanan dan tangan kiri mencengkeram erat kausnya.

"Krieeeet" Suara pintu dibuka.

Aku ikut mengendap-endap di belakang suami yang berjingkat pelan.

"Klik"

Lampu pun menyala, sebelum akhirnya "Pyar" pecah karena kornsleting.

Terdengar suara binatang berlarian, ku lihat siluet dari remangnya cahaya.

"Kucing birahi," bisik suamiku sambil terkikik, aku mencubit pinggangnya menghembuskan nafas lega.

Kami menutup kembali pintu sambungan rumah tambahan yang sudah menjadi gudang itu.

----- $$$$$ ------

Alarm gawaiku berbunyi, masih terlalu gelap, tengah malam malah.

Aku menuju kamar mandi, menyalakan air untuk mencuci, sayangnya mesin air masih rusak.

Dasar rumah tua, semua sudah tidak lagi berfungsi dengan sempurna.

Suamiku masih terlelap, malam tadi dia pulang larut, lembur akhir bulan, besok saja aku mencuci, kalau mesin air sudah diperbaiki

Segera ku sambar bergo putihku, mengenakannya, ada sumur di halaman samping, sudah lama tidak terpakai.

Mumpung terbangun, aku berniat sholat malam, tidak enak hati jika mendekat hanya saat aku membutuhkanNya.

Aku memandang langit yang terang, ternyata benar, bintang gemintang lebih indah dan terlihat jelas dikampung daripada di kota karena kalah oleh gemerlap lampu jalanan dan terhalang oleh gedung -gedung yang berdiri angkuh menjulang ke angkasa.

"Ma syaa Allah," bisikku lirih mengucap kekagumanku atas keindahan ciptaanNya. Sayang sekali Suamiku masih tidur. Dia sanggup berlama-lama memandang Bulan. katanya dengan mengagumi keelokan ciptaanNya akan menumbuhkan kesadaran diri seorang hamba pada Penciptanya. dengan begitu tumbuh pula rasa rendah hati pada sifat dan sikapnya . maka sebagai manusia Dia tidak akan semena-mena apalagi angkuh atau sombong. sejenak aku tertegun mengingat kembali perkataan Mas Andi.

Aku menimba air, memasukannya ke dalam gentong untuk wudhu.beruntung sumur tua ini masih berfungsi dengan baik.

Aku melirik sekilas jendela kamar mbak Erna, sepertinya mbak Erna juga terbangun.

Segera aku mengambil wudhu begitu gentong telah penuh terisi air.

----- $$$$$ -----

"Ay, mesin air mati," Laporku begitu suamiku terbangun.

"Kita ke rumah bapak saja sayang, bawa cuciannya, masukin ke laundry deket Rumah Bapak," saran mas Andi.

"Berarti nanti berangkat pagi bareng anak-anak sekolah, pulangnya?"

Kampung HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang