Part 11
Kampung Horor
Penulis: Nadiena Zaujatu Suhandi
Pelan-pelan aku sibak kordenku, suara kaki di seret itu tiba-tiba memghilang, aku buka pintu jendela menengok ke kiri dan ke kanan, tidak ada seorang pun.
Aku segera ambil senter di laci pakaian. Sengaja Mas Andi siapkan bila mati lampu, aku sorotkan ke arah pepohonan.
Suara pohon bambu beradu menghasilkan bebunyian mirip siulan, tak ada apapun atau siapapun, aku taruh senter itu di sisi baaah jendela dan menutup jendela yang terasa berat.
Tiba-tiba.
"Brak! bruk, brak!" Suara orang berlari menabrak-nabrak entah apa, mungkin batu bata yang ditata mau di bakar di kebun belakang.
Segera aku tutup kembali gorden, aku matikan senter aku tidak ingin ada salah paham lagi dengan warga. Baru juga tinggal seminggu di sini tentu aku tak mau membuat heboh kampung ini.
Aku paksa Arofah untuk menyusu, memeluknya erat agar dia merasa hangat. beberapa menit kemudian aku pun bisa terlelap.
---- $$$$$ ------
Aku bangun menjelang subuh. Ketika akan mengambil wudhu kulihat mukena yang masih teronggok di ember kecil, belum juga terjemur. Dengan sekuat tenaga Aku menahan diri agar tidak menjemurnya saat ini. bagi penderita OCD itu merupakan siksaan yang teramat berat.
Tapi, sialnya aku tetap saja membawa ember itu naik keatas dan menjemurnya, dari atas loteng aku mendengar suara beberapa orang berbisik di bawah.
Aku pasang telinga.
"Semalam si Tikno liat bayangan dr kamar mereka, sekarang Tikno sedang di bawa ke bidan Ary"
"Kenapa ke bidan Ari?"
"Katanya terperosok lubang yang dipakai untuk bakar batu bata," Sahut suata yang lain.
"Setelah mbah Darmin sekarang Tikno, ada-ada saja ya."
Deg, aku terkejut, aku lipat kembali mukenaku, aku jemur di bawah saja, biarpun akan terlihat tidak rapi di dalam rumah. aku tak menyangka akan jatuh korban lagi.
Aku mencuci dengan galau sambil menunggu subuh, terjebak dengan keruwetan ini.
Sungguh aku baru merasa senang terlepas dari OCD akutku, aku ingat sekali karena OCD aku menderita anxiety dan gerd yang cukup parah.
Aku bisa berkali-kali mengecek pintu, kompor, bahkan tiba-tiba aku bisa panik ketika tak sengaja memasak MPASI dengan panci yang sama yang digunakan adikku membuat mie instan.
OCD selalu sepaket dengan anxiety dan gerd, karena tekanannya lebih berat, kurang bisa santai.
Ukuran telor cepok beda besarnya saja bisa bikin bete, tumpahan minyak setetes aja bisa bikin kepala mengebul
Sedikit demi sedikit aku menurunkam standard kesempurnaan agar tidak memgalami kecemasan berlebihan yang ternyata sangat mempengaruhi prosesku dalam pengasuhan anak-anak.
Jadi lebih mudah marah dan mengomel, tidak heran Abdi dan Vani jauh lebih dekat dengan ayah mereka daripada dengan ibunya.
Tinggal terpisah dari ibu mungkin bisa sedikit membantuku, tapi ternyata tidak cukup.
----- $$$$$ ----
Anak-anak akhirnya berangkat sekolah juga, tinggal Apah yang kini sedang asyik tiduran tengkurap di pasir. Nampak dia mengangguk-angguk seperti sedang berbincang-bincang dengan seseorang. Mungkin teman khayalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Horor
HorrorMengontrak di sebuah rumah tua di kampung yang kental kepercayaan mistisnya ternyata terasa seram bagi Dina. Kejadian-kejadian yang dikarenakan kesalah pahaman terus terjadi, dan semua ternyata muaranya pada diri Dina sendiri. Hingga rumah tua itu...