Kampung horor.
Penulis : Nadiena Zaujatu Suhandi
POV Dina
Aku segera membawa mukenaku yang terjatuh ke kamar mandi. Untuk membilasnya lagi aku guyur langsung dari air kran yang mengalir, rukuh terusan memang agak susah mencucinya.
Abdi sedang asyik masyuk menekuri sebuah buku cerita pemberian buleknya, diamati gambar sampulnya, dibolak-balik, dicari gambar lain didalam buku tersebut. dia terlihat menikmati buku barunya. Sementara Vanie sedang bermain di luar bersama Apah dan Safitri, mereka bertiga sibuk mengeksplorasi seluruh halaman. dari yang tumbuh hingga benda tak berguna. Benda tak berarti yang tergeletak begitu saja di tanah pun tak lepas dari perhatian mereka. Semua bisa digunakan sebagai peraga atau alat main. aku tersenyum melihat tingkah polah anak-anak kecil itu bermain. Semoga kelak kalian menjadi wanita-wanita Sholehah.
Setelah yakin bahwa anak-anak akan baik-baik saja selama minimal satu jam kedepan, akupun berniat meneruskan pekerjaan harianku. Mencuci pakaian kotor kami selama dua hari ini sembari membersihkan kamar mandi.
Baru sebagian lantai kamar mandi kusikat, aku mendengar suara teriakan anak-anak memanggil Ayahnya. Mengetahui mas Andi sudah selesai berbincang dengan Pak RT, karena penuh rasa penasaran aku tinggalkan sementara pekerjaanku. Aku dapati suamiku sedang duduk didepan meja ruang makan. Dibukanya tudung saji yang masih kosong, suamiku nyengir.
"Ada apa sih ay? Siapa yang pingsan?" aku turut duduk disampingnya.
"Tetangga yang rumahnya dekat pos Ronda, samping rumah cat warna pink itu lho. Oh ya Bu, Sore-sore begini paling nikmat minum wedang uwuh ya kan?" Mas Andi mengalihkan pembicaraan, Dia mengerlingkan matanya, memberi kode perintah.
"Tapi udah siuman kan Ay?"
"bikinin wedang uwuh dulu bu, nanti gantian ayah yang pingsan lho" bujuk mas Andi. rasa penasaranku belum terpuaskan.
"Iya, iyaa." Aku segera berdiri.
"Memang kenapa kok Mbah Darmin bisa kesambet?" tanyaku sambil meracik wedang uwuh lalu menyeduhnya dengan air panas.
"Katanya lihat hantu melayang-layang di loteng, ayah curiga Yang dia lihat itu mukena yang Ibu jemur deh," mas Andi menatapku, menunggu reaksi dariku.
"Masak sih ay? Wong mukenaku jatuh lho kena angin," Kataku sambil menyodorkan wedang uwuhnya. Entahlah
kenapa aku tidak merasa bersalah.
"Nah karena diterbangkan angin itu bu,"
"Trus apa kata pak RT?"
"Istrinya juga sering lihat sosok di sekitar sumur kita,"
"Hah? benarkah? jangan-jangan yang di lihat itu aku ay, aku kan sering ambil wudhu, trus kapan hari waktu pulang malam, aku juga langsung sapu-sapu halaman," aku mencoba mengingat-ingat.
"Nah.. Bisa jadi, Ibu lah sosok hantu yang disangkakan Bu Rt, hahaha." suamiku ketawa lepas dan lebar, hingga keluar air matanya. lama Dia terpingkal-pingkal menertawai mukaku yang kemudian jengah. tanpa pikir panjang jurus cubitan tebal langsung bersarang di pinggangnya. Bukannya Mas Andi diam malah semakin lebar dan panjang Dia terbahak-bahak. Aku manyun, menunggu reda tawanya dengan muka cemberut.
"makanya tadi ayah menolak sewaktu mas Mul menawarkan membawa seorang ustadz untuk membersihkan rumah ini." Suamiku mengusap sudut matanya yang berair. Mas Andi memang kalau tertawa dan menangis selalu murah air mata.
"Sebenarnya Ayah pas ngobrol sama Mas Mul tadi nahan ketawa lho Bu. Lega rasanya sekarang bisa puas ketawa. Nah, Nahan ketawa itu ternyata sama beratnya dengan nahan kentut ya, bu," Mas Andy tertawa lagi melirik mukaku yang masih masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Horor
HorrorMengontrak di sebuah rumah tua di kampung yang kental kepercayaan mistisnya ternyata terasa seram bagi Dina. Kejadian-kejadian yang dikarenakan kesalah pahaman terus terjadi, dan semua ternyata muaranya pada diri Dina sendiri. Hingga rumah tua itu...