"Kenapa Mas Andi?ada apa motornya?" Tanya mas Agus, salah satu peronda malam menghampiri Suamiku.
"Ndak tahu mas, Ini mati sendiri tadi," Jawab mas Andi dengan nada bingung.
"Lewat makam Mbah Pengging ya?" Peronda lain mulai mengerubungi kami. Abdi terbangun, "Ada syetan Om" teriaknya seraya menunjuk kearah kami datang. semua saling pandang.
Para peronda yang rata-rata masih muda -muda itu saling berbisik riuh Jo rendah, tidak jelas. Mereka lantas membubarkan diri, sepertinya pulang kerumahnya masing-masing. Pos Ronda kembali lengang menyisakan kami yang masih keheranan. Kenapa mereka tidak meneruskan ronda ya.
aku dan anak-anak turun, kami harus menuju garis fiish dengan jalan kaki. walaupun menuju rumah tinggal sepelemparan batu, di lempar oleh Hulk tentunya. Ternyata lumayan menguras tenaga. Karena begitu sampai Rumah, tubuh Mas Andi bersimbah keringat. Butir-butir keringat sebesar biji jagung terlihat jelas diwajahnya.
Setelah mengantarkan anak-anak tidur aku
menuju dapur, mencari toples stok wedang uwuh.
Mas Andi pasti merasa penat tubuhnya. Aku berniat membuatkannya segelas besar wedang uwuh. Semoga saja setelah nanti minum wedang uwuh, badannya terasa segar kembali.
Untuk mendapatkan hasil maksimal, wedang uwuh harus di seduh dengan air mendidih. Seceret besar air kumasak, sekalian aku masak air untuk mandi mas Andi. Aku tengok Suamiku yang sedang mengoperasi Si Hijau. Lelaki serba bisa itu terlihat letih, kasihan sekali.
Deru si Hijau akhirnya terdengar, sepertinya si Hijau sudah bisa dinyalakan kembali. Mas Andi mengendarai Hijau mengelilingi halaman, satu putaran lalu masuk rumah. Hijau yang perkasa itu diparkir Mas Andi. Ditepuknya punggung Hijau seraya berkata "Jangan ngambek lagi ya" Mas Andi terkekeh melihatku memergoki tingkah konyolnya. Mana bisa motor bicara, dasar kartun batinku
"Bentar ay, aku mau ngeluarin sampah," sergahku ketika suamiku hendak menutup pintu.
"mau buang sampah atau ngintip orang BAB, Besok aja buang sampahnya," Kata mas Andi.
"Iih, Ayah....Ntar buat mainan tikus,"
"Tikus kok mainan sampah, aneh-aneh saja kamu itu, sudah malam sayang, taruh di samping teras saja," perintah Suamiku, aku menurut, sudah larut malam kenapa juga bersitegang dengan suami karena sampah. lagi pula aku tak ingin kejadian kemarin malam terulang lagi.
"Buuu..." panggil Suamiku dari kamar mandi.
" Iyaaaa..."
"Tolong ambilkan shampoo sachet"
Aku mencari-cari dimana gerangan shampoo yang dimaksud Mas Andi.
"Diatas kabinet anak-anak" sambung Mas Andi seperti tahu apa yang kupikirkan.
Setelah kudapat shampoo nya, kuketuk pintu kamar mandi.
Saat pintu dibuka, Mas Andi menarik tanganku hingga aku masuk ke dalam kamar mandi. wajahku bersemu merah melihat 'kepolosan' suamiku
"Sini temani Ayah mandi..."
---- $$$$$$ ------
Hari sudah menunjukkan jam sembilan lebih. Menurut Mbak Erna, Ibu RT depan rumah, Tukang sayur biasanya datang sekitar pukul sembilan. aku membuka korden jendela, Berharap bisa melihat tukang sayur lewat depan rumah.
Apah baru saja tertidur lagi. Si Pipi tembam itu usianya tiga tahun. Dia tadi bangun sebelum subuh, setelah sarapan Apah tidur lagi. aku ciumi pipinya lalu kuselimuti agar tak digigit nyamuk.
kemudian merapikan gantungan baju...
Aku bisa stres kalau lihat baju bergelantungan, uring-uringan melihat baju menumpuk, dulu bahkan aku bisa meledak jika ada satu saja baju tersampir di gantungan baju atau di tempat lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Horor
HororMengontrak di sebuah rumah tua di kampung yang kental kepercayaan mistisnya ternyata terasa seram bagi Dina. Kejadian-kejadian yang dikarenakan kesalah pahaman terus terjadi, dan semua ternyata muaranya pada diri Dina sendiri. Hingga rumah tua itu...