25

1.5K 97 1
                                    


Kampung Horor

Part 25.

"Sound sistem!" seru mas Mul, Andi menepuk jidadnya. Dia pun baru menyadari jika peralatan sound sistem belum terpasang. Bagaimana bisa dia melupakan? Beberapa anak muda segera diperintahkan pak Mul untuk mengambil peralatan sound sistem dirumahnya.

"Saya baru inget setelah ada santri yang menanyakan mic, mas. Maaf atas keteledoran saya." Mas Mul merasa bersalah atas kealpaannya. Hal yang wajar bila dia lupa. akupun juga lupa dengan tidak adanya sound sistem.

Ibu sibuk meracik timlo solo yang terdiri dari telur, sosis basah, soon, irisan dada ayam, irisan wortel dan kentang, daun bawang, jamur kuping, udang, seledri dan taburan bawang goreng, sedang di sisi lain istri Gus Dullah menyiapkan nasi kebuli lengkap dengan acar tomat dan daging kambing ayam, Istri Gus Dullah memang memiliki catering yang sangat terkenal di solo.

Selain itu berbagai macam makanan ringan sudah di tata di tampah-tampah, makanan tradisional yang di jual di warung ibu, ada pula roti maryam dengan cocolan acar tomat, kalau kata orang jawa benar-benar pisto, tipis ning roto.

"Ya Habibi Ya Muhammad"

Suara hadrah terdengar, Abdi dan kawan-kawannya seketika menghentikan permainan, mereka mendekat, menikmati setiap tepukan rebana, kelompok Hadrah Remaja binaan Gus Dullah ini merupakan salah satu kelompok Hadrah pendukung Habib Syeikh yang kesohor itu. Mereka yang sering menjadi juara di banyak festival hadrah. Dalam sebulan mereka bisa tampil hingga puluhan kali untuk acara-acara hajatan terutama acara Aqiqoh, dari acara-acara tersebut para santri bisa memenuhi kebutuhannya.

Apah dan safitri menari-nari dan berputar-putar mengikuti irama rebana. Anak-anak kecil lain ikutan berjoget dan menari. Mereka tertawa-tawa riang tidak mempedulikan para tamu undangan yang satu persatu mulai berdatangan. Andi dan Pak RT menyambut dan menyalami para tamu lelaki. Disisi kiri Bu RT dan Dina menyalami tamu wanita. Sungguh kampung yang terbiasa dengan kesunyian, hari ini penuh dengan keriangan anak-anak dan keceriaan para orang tua.

Para tamu undangan hampir semuanya bisa hadir, kursi sudah mulai penuh, ruangan di dalam rumah yang dipergunakan untuk tamu perempuan juga mulai sesak, beberapa tetangga langsung menuju dapur membantu Ibu Dina menyiapkan jamuan.

Setelah lantunan Laukana Bainanal Habib yang menyentuh hati, kemudian dilanjutkan dengan bacaan ayat suci Alquran Surat An-Nisa 36 - 38, oleh bapak, hadirin tamu undangan terkesima, suara bapak dengan cengkok Banjarmasin terdengar merdu dan syahdu. Enak di telinga,

Tidaklah heran di manapun bapak berada selalu di daulat untuk menjadi Imam sholat, selain mahrojnya jelas, bacaannya pun tidak membuat jamaah merasa bosan dan ingin segera menyudahi sholat.

Andi tampak gelisah, karena sedari tadi menunggu sosok Habib Thohir belum jua datang. Beliau yang semestinya memberikan Tausyiah. Dia segera menuju rumah Pak RT dimana Gus Dullah Istirahat sejenak. Andi menanyakan keberadaan habib Thohir yang tak kunjung datang

"Tenang mas Andi, in syaa Allah nanti aku yang akan mengisi, Habib Thohir sedang ada acara mendadak ke Semarang," Gus Dullah tersenyum memaklumi kegelisahan Tuan Rumah, Andi menghembuskan nafas lega.

Suara rebana dan sholawat Nabi mengiringi langkah gus Dullah menuju panggung, Beliau diapit Andi dan Pak RT. Saatnya kini Gus Dullah mengisi Tausyiah.

Setelah pembacaan salam serta shalawat Gus Dullah mulai inti tausyiahnya

"Surat yang di bacakan Bapak Abdul Ghani tadi adalah surat Annisa ayat 36 hingga 38 yang berisi larangan menyekutukan Allah kemudian diikuti bagaimana adab bermasyarakat dan bertetangga.

Kampung HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang