part 13
Kampung Horor
Penulis: Nadiena Zaujatu Suhandi
Aku mencari dari mana asal bau itu. menengok ke kanan kiri di mana kira-kira sumbernya. pintu rumah sudah terbuka di pojokan teras terlihat senampan bunga dan sesajian,
ntah siapa yang menaruh di sana.
"Aku dari loteng ayah, ndak tahu itu siapa yang menaruhnya," Aku bicara memberi alasan.
Mas Andi hanya diam, tak menghiraukanku, dia membangunkan Abdi, mereka kemudian pergi beriringan ke masjid.
Kami sarapan dalam diam, hanya abdi dan Vanie yang asyik bercerita dan menggoda adiknya.
Aku tahu diamnya mas Andi itu pertanda marah, karena selama pernikahan kami, hanya beberapa kali dia mendiamkanku.
Dan aku seperti biasa, tidak mencoba membuka ruang percakapan terlebih dahulu, toh aku tidak mengerti apa yang membuatnya marah.
Sesaji itu jelas bukan aku yang meletakannya di sana, mas Andi seharusnya tahu itu, batinku.
Begitu mas Andi dan anak-anak pergi, aku segera membereskan sesaji itu membuangnya ke sampah dan meletakan nampannya di teras.
Mbak Erna terlihat sedang menggendong dan menyuapi Syafitri, Apah berlari menyongsong mereka.
"Apah mau makan?" Mbak Erna menyuapi Apah
"Ndak usah mbak, sudah makan dia," tolakku halus, tak seperti biasa hilang minatku mengobrol, mbak erna seakan menangkap itu.
"Mbak Dina, Aku wanti-wanti, kalau ada apa-apa bilang ya, aku pasti bantu, tidak usah sungkan atau pekewuh. Dulu mbak Yati, penghuni terakhir rumah ini sebelum Njenengan. Orangnya sangat pendiam mbak, tahu-tahu dia pergi. Itulah yang membuat mas Gung menjadi seperti kehilangan akal," Mbak Erna bicara dengan nada prihatin. Tatapan matanya sendu.
"Iya mbak." aku mengangguk tersenyum, merasakan ketulusannya. Terselip rasa bahagia di hatiku mengetahui seseorang yang begitu besar perhatian nya. padahal Mbak Erna bukan saudara, hanya tetangga. Itupun baru kenal belum lama.
Aku bersyukur dalam hati. Mempunyai tetangga yang baik adalah bagian dari rejeki juga. Aku jadi teringat kisah
seorang Yahudi dengan seorang muslim yang Sholeh dan baik hati.
Dikisahkan seorang Yahudi hendak menjual rumah dengan harga yang sangat mahal. Rumah itu ditawarkan dengan harga 2000 dirham. Padahal harga rumah tersebut hanya laku sekitar 1000 dirham.
Seorang calon pembeli heran dan mempertanyakannya "Wahai Tuan harga rumah engkau terlalu mahal. Kenapa kau tawarkan rumahmu seharga 2000 dirham. sewajarnya harga pasaran rumahmu hanya 1000 dirham."
Yahudi tersebut berdalih " Rumah yang kumiliki memang seharga 1000 dirham. Tetapi aku memiliki seorang tetangga yang sholeh dan baik hati yang bernama Abdullah Ibnu Mubarak. Jika engkau membeli rumahku maka engkau akan memiliki tetangga seorang sholeh dan baik hati seperti Abdullah Ibnu Mubarak. Kenyamanan bertangga dengan Abdullah Ibnu Mubarak kuhargai sebesar 1000 dirham. Jadi total harga rumah tersebut menjadi 2000.
Ternyata Rencana Yahudi tersebut sampai ke telinga Abdullah Ibnu Mubarak. Lalu Abdullah Ibnu Mubarak mendatanginya dan memberikan uang sebesar 1000 dirham. Abdullah Ibnu Mubarak berkata, "Engkau jangan pergi dari rumah ini. Aku berikan engkau uang 1000 dirham. Karena sesungguhnya aku juga merasa senang bertetangga denganmu"
Ah Mbak Erna, dirimu laksana seorang Sholeh Abdullah Ibnu Mubarak. Dan aku ? Yahudi pemeran hantu ? oh Tidaaaaaaak ..,.
----- $$$$$ -----
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Horor
HorrorMengontrak di sebuah rumah tua di kampung yang kental kepercayaan mistisnya ternyata terasa seram bagi Dina. Kejadian-kejadian yang dikarenakan kesalah pahaman terus terjadi, dan semua ternyata muaranya pada diri Dina sendiri. Hingga rumah tua itu...