25. Keromantisan

56 2 0
                                    

Mishall terkejut bukan main. Dia tidak menyangka kalau yang berada di atas panggung adalah Rio. Ya, Rio. Rio memegang gitar yang tadi sempat dipegang oleh Mishall. Dipetiknya senar-senar gitar itu hingga mengeluarkan nada yang merdu.

" SHALLLLLL " panggil seseorang dari kejauhan. Mishall pun menoleh kearah suara yang tadi memanggilnya.

" lo tau? " tanya Neta sambil ngos-ngosan.

" ya nggak lah, kan belum dikasih tau " jawab Mishall enteng. Neta memukul lengan Mishall pelan.

" ahhh gue kan belum selese ngomong.... Jangan dipotong dong " perintah Neta.

Sebuah tangan berhasil meraih jemari lembut Mishall. Dirinya memang masih berada di samping panggung. Mishall kaget mendapati tangannya sudah berada di genggaman Rio.

Rio yang masih bernyanyi, membawa Mishall naik ke atas panggung. Mishall kaget, malu dan deg-deg an bukan main. Entah apa yang sedang terjadi pada dirinya. Bahkan Rio pun juga sedang bertingkah aneh seolah-olah mereka hanya sedang berdua dan ditempat yang sepi.

Tidak!. Mereka sedang menjadi pusat perhatian saat ini selayaknya pasangan pengantin. Berpuluh-puluh pasang mata memandang mereka. Ada tatapan heran, ada juga yang menatap mereka dengan senang.

Mishall sudah mengkode Rio agar melepaskan genggamannya dengan mengendelikan mata kearahnya, tapi Rio mangabaikannya. Rio tetap bernyanyi dengan santai.

" ihirrrrrr lo temen gue Yo!!!!! " terdengar teriakan dari arah depan panggung.

" Yooooooo kerennnnn!!! Lanjutkannnnnnnn gue tunggu makan-makannya!!!! " teriak lagi salah seorang temen Rio. Aaron.

Mishall mengendelik ke arah Aaron dan Darrell, sedangkan Rio tersenyum senang atas dukungan yang sahabatnya berikan.

" udah cocok! Sekalian aja dilamar sekarang " ucap salah seorang yang juga sedang menonton drama romantis mereka berdua. Mishall tersenyum masam.

Hal yang tak terduga terjadi kembali pada diri Mishall. Kini bukan hanya satu tangannya yang digenggam oleh Rio. Kedua tangannya telah berada pada genggaman Rio. Rio berjongkok dan mengecup kedua punggung tangan Mishall.

Setelah itu, semua bertepuk tangan. Rio pun menggandeng Mishall turun dari panggung dan menuju ke dalam rumah.

" Yooo... " lirih Mishall. Rio membalikkan badannya.

" tadi kamu ngapain? " tanya Mishall dengan wajah bingungnya yang menggemaskan dan membuat Rio menyubit pipinya. Mishall pun memukul tangan Rio yang nakal.

" ditanya malah nganiaya anak orang! " kembali sudah sifat Mishall yang cerewet. Yang tadinya sempat lemah lembut, sekarang tidak lagi.

Rio menjawabnya dengan tertawa kecil. Bahkan dia pun tidak melepaskan genggaman tangannya kepada Mishall. Dan anehnya, Mishall pun tidak memberontak dan memprotes.

" Yooooo... " rengek Mishall.

" kunaon sih Shall? " sambil tertawa kecil.

" kunaon kunaon. Naon naon lahhhhh!!! " Mishall ngambek.

" besok nonton aku di Jogja ya jangan lupa " ucap Rio lalu pergi meninggalkan Mishall yang masih tanda tanya.

" tuh orang bener-bener setan banget emang!! Ditanya jawabnya senyum doang udah kaya orang gila! Sekarang malah disuruh nonton dia di Jogja! Emang nonton apaan?! Nonton lenong?! " Mishall ngoceh sendiri.

***

" MISHALLLLLL!!! " teriak seseorang dari luar. Mishall yang masih tertidur pulas pun menutup telinganya dengan bantal. Jam menunjukan pukul 09.00.

MISHALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang