Nada dering ponsel Mishall berbunyi saat di tengah perjalanan. Mishall mengambil ponselnya yang berada didalam tas kecilnya. Terdapat sebuah panggilan tak terjawab. Mishall kemudian memasukkan kembali ponselnya tanpa melihat siapa yang telah menelponnya malam-malam.
Mishall dan Harshel sudah sampai di tempat yang mereka tuju. Mishall berpamitan dengan mengecup sebelah pipi Harshel. Harshel sudah terbiasa dengan kelakuan adiknya ini. Dia masih saja seperti anak kecil.
Mishall berjalan menuju pintu berwarna coklat. Saat dia membuka pintu, dia melihat seorang cewe. Rambut pirang seperti dirinya. Sedang berdiri membelakangi pintu.
" Netaaaaaaa " teriak Mishall saat dirinya sudah masuk dan menutup pintu. Dia memeluk Neta dari belakang.
Neta kaget bukan main. Dirinya yang sedang fokus dengan kegiatannya serontak langsung berhenti. Neta menoyor kepala Mishall pelan. Mishall yang ditoyor malah cengengesan tanpa merasa bersalah.
" ngapain sih lo kesini? Brisik banget dahh "
" yeyyy pake nanya lagi!! " Mishall membalas ucapan Neta pada dirinya. Bibirnya sudah di manyun-manyunkan akibat kesal pad Neta.
" gue kedepan dulu ya Shall mau ngecek " ucap Neta pada Mishall. Mishall hanya mengacungkan jempol sebagai tanda setuju.
Suasana tenang. Sepi. Nyaman. Sangat terasa di dalam ruangan ini. Semua peralatan tertata rapi di tempatnya. Mishall selalu menyukai tempat ini. Dia tidak bisa memiliki tempat ini di rumahnya meskipun papahnya pasti akan mengabulkan keinginannya.
Dia ingin mencapai keinginannya menjadi seorang perawat. Ya perawat. Menurutnya perawat itu pekerjaan yang selalu dibutuhkan. Sebenarnya banyak yang menyarankan agar dirinya masuk kuliah kedokteran. Tapi hatinya berkata tidak.
Baginya cukup abangnya saja yang menjadi seorang calon dokter. Kakaknya - Sheilla- sudah menjadi seorang wanita karir. Orang tuanya tidak pernah menuntut apa yang menjadi keinginannya. Asalkan itu yang terbaik untuk Mishall dan masa depannya.
" Shalllllll cepetan dah mau dimulai nihhh!! " perintah Neta dari luar ruangan.
" ishh Neta kok teriak-teriak sih nanti kalo telinga aku jebol gimana? Mau beliin?! " ucap Mishall yang sudah membuka pintu ruangan.
" lo ngapain sih di dalem lama amat lagi semedi lo? Atau bertapa cari wangsit?! "
" udah cepetan yuk keluar dah di tungguin tuhh! " lanjut Neta.
" iya iya sabar napa Net!! " protes Mishall sembari membawa benda kesayangannya keluar dari ruangan.
***
" malem-malem gini kok sepi amat yah! Nggak ada niatan pergi nih? " ucap aaron. Wajahnya terlihat lesu dan tak bersemangat.
Aaron, Darrell dan Calief memang sedang berada di rumah Rio. Mereka berniat tidak pulang rumah malam ini karena besok adalah hari libur.
" dasar para jomblo! Meratapi nasib sonoh lo pada! " ucap Calief santai dan masih tetap menatap layar ponselnya.
Aaron kaget bukan main mendengar ucapan Calief. Dirinya melotot dan melongo mendengar ucapan Calief. Sangat jarang Calief berbicara seperti itu. Ini adalah suatu fenomena langka menurut Aaron.
" kok lo ngomongnya kek gitu sih Lief? Jangan jangan lo nggak jomblo yahh? " tanya Darrell tak kalah kagetnya dengan Aaron. Padahal dirinya tadi sedang bermain ponselnya dan sekarang beralih menatap Calief.
" iya " jawab Calief singkat, padat, jelas dan yang pasti membuat kedua bola mata temannya benar-benar seperti akan keluar dari sarangnya.
Aaron dan Darrell bangkit dari posisi duduknya dan berdiri tepat di depan Calief. Lagi-lagi Calief masih fokus dengan ponselnya. Dia mengabaikan kedua temannya yang aneh ini. Apa ada yang salah dengan ucapannya?.

KAMU SEDANG MEMBACA
MISHALL
Teen FictionRank #1 Geng motor 8/8/18 Rank #3 Ceria 8/8/18 Rank #10 Coolboy 8/8/18 Mawar hitam 1. Elegant, ya lo itu cewe elegant yang nggak banyak neko-neko. 2. Indah, lo enak dipandang, nggak bosenin dan manisnya lo itu nggak baik buat jantung gue. 3. Berharg...