Prolog

1.4K 41 0
                                    

"Ma, dingin banget."

"Iya, sabar ya, sayang. Di luar badai saljunya belum berhenti tuh. Sini sayang, mama peluk kamu ya."

Aku naik ke pangkuan mamaku. Mama langsung saja memelukku dan menutupiku dengan selimut kain seadanya yang dia buat sendiri.

"Ma, mama gak bakar kayu bakar?"

"Em....sayang, kayu bakarnya uda abis. Oh, masih ada sup yang dikasih mamanya Sera. Kamu makan ya, mama suapin."

"Yaudah."

"Enak gak?"

"Enak! Mama mau cobain?"

"Gak usah. Kamu makan aja sendiri. Habisin ya."

"Iya, ma. Em....mama gak makan?"

"Gak usah sayang."

"Mama gak ada sayur?"

"Gak ada. Kamu makan ya."

"Mama gak laper?"

"Gak papa. Kamu makan aja."

"Nanti kalau mama sakit gimana?"

"Kalau mama sakit gak papa. Tapi jangan sampai kamu sakit."

"Tapi aku gak mau mama sakit."

"Enggaklah. Mama kan kuat. Mama akan selalu ada buat kamu. Kapanpun dan dimanapun."

Aku tersenyum mendengar mamaku bilang begitu. Dia juga tersenyum padaku. Dia memang sangat hebat, baik suka maupun duka masih saja bisa tersenyum.

"Ma, aku sayang sama mama."

"Mama juga sayang kamu."

The Legend of the JewelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang