Pierre's PoV
Sepuluh langkah pertama tidak ada masalah. Sekarang aku dan Serena sudah berada di dalam Gua Erthal. Gua ini memang sudah memberi kesan mistis dari penampilannya. Dinding yang berkelap-kelip, butir-butir air menetes dan menimbulkan suara, tanah yang lembab. Kurasa semuanya akan baik-baik saja, lagipula aku membawa pedang.
Kraak!
"PIERRE!"
"Sht! Serena, jangan berisik! Itu hanya ranting."
"Baik, maaf."
Jeritan Serena membuatku kaget saja. Kami hanya menginjak ranting dan dia sudah menjerit. Bagaimana kalau di dalam ada monster berbahaya? Kurasa dia bisa langsung pingsan.
"Pierre, bagaimana kalau di dalam sini ada monster berbahaya? Dia pasti menyerang kita. Apalagi gua ini kan memang menyimpan kekuatan mistis. Bagaimana nih Pierre?" Ucap Serena. Dugaanku benar, dia pasti takut.
"Serena, kalau kamu takut, mending gak usah ke sini sejak awal deh!" Tanpa sadar aku membentaknya.
"Okay, okay. Aku ikut."
Setelah Serena mulai tenang, kami melanjutkan perjalanan. Semakin dalam, semakin gelap, walau aku membawa obor. Mungkinkah di tempat seperti ini terdapat batu berharga.
Tak, tak, tak
"Pierre, Pierre, itu siapa?" Serena berbisik padaku.
Terdengar suara langkah kaki seseorang. Tapi, kurasa itu bukanlah langkah kaki. Seperti suara orang memukulkan sesuatu ke tanah. Tapi, apakah ada tinggal di gua ini.
Tak, tak, tak
Suara itu semakin jelas. Sekarang di hadapan kami muncul bayangan hitam gelap. Bentuknya seperti tidak asing, aku seperti pernah melihatnya, tapi aku ragu itu.
"Pierre, itu...." Serena melangkah untuk mendekat kepadaku. Dia pasti takut lagi.
Tak, tak, tak.
"Pierre!" Jerit Serena.
"Hust, tenanglah kalian berdua." Suara yang tidak asing itu berbicara pada kami.
Suara yang bicara itu adalah suara seorang kakek. Benar! Dia kakek yang kami jumpai di hutan luar gua. Kira-kira sedang apa dia di sini? Sebelumnya dia hanya bilang ia sedang berjalan-jalan. Mungkinkah dia jalan-jalan sampai sejauh ini?
"Kakek? Apa yang kakek lakukan di sini?" Tanya Serena dengan lembut, seperti yang biasa yang ia lakukan padaku.
"Pierre, akhirnya kamu sampai." Ucap Sang Kakek, seperti tidak memperdulikan perkataan Serena.
"Kakek! Apa yang kakek lakukan di sini?" Kataku.
Seolah tidak mendengarkan perkataanku, Sang Kakek langsung mengajakku untuk segera masuk ke dalam gua, lebih dalam. Serasa tak ada pilihan, aku dan Serena mengikutinya. Di dalam sana, aku hanya melihat batu-batuan biasa. Bagaimana mungkin ada batu perhiasan termewah di sini?
"Jangan sekali-kali kalian meremehkan sesuatu di sini. Nilai suatu barang memang dilihat dari penampilannya. Tapi keberhargaan suatu barang dilihat dari besarnya kenangan yang kita miliki bersama barang tersebut." Tutur Sang Kakek.
Kami berhenti di depan sebuah batu kecokelatan yang sangat besar. Saat itu, Sang Kakek langsung membacakan mantra sihir yang tidak bisa kubaca dan kuketahui apa maknanya. Berkat mantra tersebut, batu tersebut terbelah dua dan terbuka bagai pintu yang terbuat dari emas.
"Ayo, masuk ke dalam rumahku." Kata Sang Kakek.
Di dalam ruangan yang ditutup batu tersebut, kami mendapati sebuah ruangan yang sangat mewah, seperti ruang tahta kerajaan. Dinding, lantai, bahkan langit-langit dibalut oleh kilauan-kilauan yang berasal dari perhiasan dan batu-batu berkilau. Dapat kulihat mata Serena ikut berkilau karena melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of the Jewel
FantasyNamaku Pierre. Aku bukanlah seorang bangsawan ataupun pangeran. Aku hanya seorang rakyat biasa yang bekerja mengurus peternakan kecil di rumahku. Aku tinggal bersama ibuku. Aku tidak pernah bertemu ayahku. Menurut cerita ibu, beliau sudah tiada. Aku...