Chapter 9 - The Competition's Preparation

353 18 0
                                    

"Serena, ada apa?" Tanyaku saat melihat Serena sedang duduk di teras rumahku.

"Pierre! Tadi itu kenapa? Ada masalah?" Tanya Serena dengan raut wajah panik.

"Hah, kamu tau?" Tanyaku.

"Iyalah, Pierre. Aku sempet liat mamamu pergi naik kereta kuda. Jadi kenapa? Mau cerita?" Kata Serena.

"Eng...... tiba-tiba tadi mamaku muntah batuk-batuk trus muntah darah. Eh, gak lama dia langsung pingsan. Huft....." Kataku yang diakhiri dengan menghela nafas.

"Kamu ada tanya penyebabnya sama Ma'am Alison?" Tanya Serena.

"Iya sih. Katanya dia kecapean." Jawabku.

"Trus sekarang dia gimana?" Tanya Serena.

"Masih belum sadar di rumah Ma'am Alison. Nanti malem aku ke sana lagi." Jawabku.

"Oh, gitu." Jawab Serena.

          Saat mengobrol dengan Serena, di satu sisi aku masih khawatir dengan kondisi ibu. Tapi, di sisi lain, aku merasa lebih baik karena sudah menceritakannya pada Serena. Memang biasanya saat ada masalah selain menceritakannya pada ibu aku menceritakannya pada Serena.

"Trus besok gimana? Siap gak?" Tanya Serena dengan volume suara yang lebih rendah dari biasanya.

"Hem......Gak tau juga deh. Aku masih gak tenang mikirin mama." Jawabku.

"Seandainya mama kamu sekarang bisa ngomong sama kamu dia bakal mau kamu gimana?" Tanya Serena.

"Huh?" Aku tidak mengerti pertanyaan Serena.

"Menurut kamu, mama kamu seneng gak liat sekarang kamu kayak gini? Karena terlalu khawatir kamu sia-siain kesempatan kamu belajar?" Kata Serena.

          Perkataan Serena membuatku terdiam. Benar juga, kesempatan ikut lomba ini memang tidak datang dua kali. Kalau aku tidak berusaha, maka aku hanya akan menyia-nyiakan kesempatan yang sekolah berikan padaku.

"Bener juga! Yaudah, sekarang aku mandi, belajar, makan, trus baru pergi ke rumah Ma'am Alison menjenguk mamaku." Kataku sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Baiklah, semangat ya!" Kata Serena.

          Saat aku tinggal beberapa langkah lagi untuk masuk ke dalam rumah, aku berbalik arah karena baru ingat kalau aku lupa mengucapkan sesuatu pada Serena.

"Serena!" Kataku sambil melihat Serena yang mulai berjalan ke rumahnya.

"Iya, Pierre. Kenapa?" Kata Serena berbalik arah dan menatapku.

"Aku, cuma mau bilang makasih. Makasih buat semuanya hari ini." Kataku.

"Sama-sama." Jawab Serena sambil tersenyum padaku.

          Setelah itu, aku masuk ke dalam rumah dan dengan cepat pergi ke kamar mandi dan mandi secepatnya. Seusai mandi, aku langsung makan sisa roti pemberian Serena beberapa hari yang lalu. Ya, ibu tidak memasak, jadi aku hanya makan roti ini.

          Selesai makan, aku langsung masuk ke kamar dan bersiap belajar. Tiba-tiba, pikiran aneh mulai bermunculan di pikiranku. Apakah aku kejam apabila disaat ibu sakit tapi aku masih belajar di rumah? Apakah pelajaran sihir biasanya sulit sampai aku harus belajar? Apa hadiah yang akan kuterima bila aku memenangkan perlombaan ini? Dan yang paling penting, apakah lomba ini penting bagiku dan lebih penting dari ibuku sendiri?

          Huft, semua pertanyaan itu menghapuskan niatku untuk belajar. Tapi, kusadari sesuatu. Aku terlalu banyak menghela nafas hari ini. Huft, dan aku melakukannya lagi. Baik, seluruh niat belajarku hilang. Memang pelajaran sihir tidak terlalu susah bagiku. Tapi, tetap saja aku tidak tahu apa yang akan diperlombakan besok. Huft, aku benar-benar bingung!

The Legend of the JewelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang