Wilhelm' s PoV
"Yang Mulai, cepat! Tolong temani Joanne sekarang! Ia membutuhkanmu, juga Pierre!" Ucap Ma'am Alison yang membuatku langsung berlari ke kamar Joanne.
"Joanne, Joanne, ini aku." Aku menggengam tangannya yang terasa semakin kurus.
"Wilhelm..... Mana Pierre?" Tanyanya.
Jantungku terasa seperti berhenti berdetak. Aku benar-benar bingung harus menjawab apa. Apapun yang kukatakan nanti aku harus hati-hati karena itu akan berbahaya baginya.
"Eng.... Joanne...."
Tok, tok, tok
"Joanne, aku membakanmu minum." Ma'am Alison masuk sambil membawakan segelas air untuk Joanne. Aku lega karena tidak harus mengatakannya.
"Ma'am Alison, apa Pierre datang?" Tanya Joanne pada Ma'am Alison. Kemudian Ma'am Alison mendekat padaku.
"Tolong jaga dia baik-baik. Sekarang masa kritisnya. Tubuhnya benar-benar lemah. Aku khawatir akan terjadi sesuatu malam ini." Bisik Ma'am Alison padaku.
⊙⊙⊙
Tok, tok, tok
"Siapa di sana?"
"Ma'am Hera! Aku harus bertemu dengan ibu!"
"Pierre!"
Draakkl!
"Pierre!"
Wilhelm's PoV ends
○●○●
Pierre's PoV
"Pierre, kamu dari mana?" Tanya ibu dengan lembutnya, walau terdengar parau.
"Ma, aku bawa ini." Aku memperlihatkan perhiasan buatanku. Semua orang tertegun melihatnya, kecuali Serena yang langsung berjalan pulang dan tidak ikut ke sini.
"Pierre, ini...."
"Kau mau ibumu kembali ke istana dengan memberikan ini?" Sang Raja melanjutkan ucapan ibu yang belum selesai. Aku mengangguk.
"Pierre, jadi selama ini....kamu pergi.... untuk ini....?" Tanya Ibu. Aku kembali mengangguk.
"Pierre, itu terlalu bahaya...... Kamu bisa kan....fokus sama pelajaran?" Tanya Ibu lagi.
"Ma, aku cuma mau kita bisa hidup bahagia, kayak hidup mama dulu." Jawabku. Kali ini pandangan Ibu berpindah pada Sang Raja.
"Wilhelm, tolong. Biarkan Pierre bersamamu.... di istana." Ucap Ibu dengan suara yang bertambah parau dan nafasnya yang terengah-engah.
"Pasti Joanne, bersamamu juga." Jawab Sang Raja.
"Berjanjilah untuk menjaganya.... saat aku tidak ada....." Lanjut Ibu. Perasaan aneh menyelimuti hatiku saat mendengar perkataan ibu barusan. Bahkan aku tak mampu membendung air mataku.
"Joanne, kamu pasti bisa." Sang Raja memberikan semangat.
"Pierre, patuh ya sama papa. Fokus ke pelajaran, jadilah yang terbaik dari yang terbaik." Ucap ibu sambil menggenggam tanganku. Air mataku bertambah deras.
"Pierre, mama sayang kamu.... juga papa....."
Tangan Ibu yang menggenggam tanganku tiba-tiba terlepas. Suasana hening seketika. Entah mengapa, aku merasa kehangatan yang sedari tadi menyelimutiku telah berubah menjadi kedinginan. Hatiku serasa membeku.
"Aku....juga.....selalu....sayang.....mama."
Sesaat setelah itu juga pecahlah tangis dari semua orang di rumah tersebut, terutama aku, yang baru menyadari seseorang yang sangat penting, telah meninggalkanku.
Pierre's PoV ends
○●○●
Author's PoV
Keesokan harinya, seluruh anggota Kerajaan Tanah berduka atas kematian dari Ratu mereka yang telah hilang. Ratu Joanne Gaiamond, hari ini akan dimakamkan, di makam bangsawan istana.
"Pierre, kamu kuat ya. Ibumu pasti sedih, kalau kamu sedih." Serena berusaha menghibur Pierre yang masih saja berduka.
Di lain sisi, Sang Raja sedang duduk seorang diri. Ia mengenang masa lalunya, bersama Sang Ratu, yang baru saja meninggal dunia. Tapi, dalam hatinya juga ada perasaan bahagia, yaitu bisa kembali bersama anaknya, pangeran mahkota yang sesungguhnya. Sementara Alain, sedang berjalan di taman istana, menemui seseorang.
"Lauren." Alain memanggilnya, kemudiam duduk di sebelahnya.
"Lauren, ini, untukmu." Alain memberikan sebuah perhiasan untuk Lauren. Wajahnya tampak terkejut.
"Alain, bukannya, dulu kamu kasih ini ke Serena? Kok sekarang ke aku?" Tanya Lauren. Alain hanya tersenyum.
"Pierre bilang, keberhargaan suatu barang dilihat dari seberapa besar kenangan kita bersama benda tersebut. Aku tahu benda ini gak ada kenangan bagi Serena, tapi ada buat kamu. Jadi, aku harap, benda ini benda yang berharga buat kamu." Jelasnya. Ternyata semalam ia sudah berbincang dengan Pierre.
"Alain, makasih! Pasti, ini jadi benda paling berharga yang aku punya." Kata Lauren, sambil tersenyum lebar.
Kemudian, datanglah seorang wanita dengan pakaian agak kuno menghampiri Alain. Sepertinya ia kenal dekat dengan Alain.
"Alain, masih ingat saya?" Tanyanya sambil memengang pundak Alain. Alain pun membalikkan badannya.
"Masih, Ma'am Milla. Bagaimana bisa saya melupakan anda." Jawab Alain sambil sedikit bercanda, membuat keduanya tersenyum.
"Alain, ada sesuatu yang seharusnya saya berikan sejak dahulu." Kata Ma'am Mila sambil berusaha mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini Alain. Ini peninggalan orang tuamu." Ma'am Mila memberikan sebuah perhiasan emas yang merupakan peninggalan orang tua Alain.
"Maaf, saya tidak memberikannya sejak dahulu. Saya hanya...."
"Saya tahu, Ma'am. Ma'am hanya berusaha melakukan yang terbaik untukku. Dan, perhiasan ini, adalah benda paling berharga yang saya miliki." Jawab Alain.
~Malam Harinya~
"Pierre, ayo makan malam." Ucap Ma'am Hera sambil masuk ke dalam kamar baru Pierre, di istana.
"Pierre, sekarang kamu pangeran. Ayo, jangan gugup. Semuanya pasti mau ketemu kamu." Pierre tetap saja diam, tidak mau bicara. Sepertinya ia belum terlalu terbiasa dengan kehidupan istana.
"Ma'am Hera...." Sang Raja memanggilnya dari depan pintu kamar Pierre. Ma'am Hera langsung keluar dan gantian Sang Raja masuk.
"Pierre, kamu kenapa?" Kata Sang Raja kemudian duduk di sebelahnya. Pierre tetap saja diam.
"Kamu masih terpukul kan? Dengan kepergian mama?" Tanya Sang Raja padanya. Pierre langsung memeluknya.
"Aku takut. Aku belom bisa ngebahagiain dia. Dulu, walau sakit ia masih kerja buat aku...." Ucap Pierre dengan nada sedih. Sang Raja mengelus lembut punggungnya.
"Pierre, asalkan kamu patuh sama nasihatnya, itu uda cukup buat dia bahagia." Jelas Sang Raja.
"Ayo! Gak seharusnya laki-laki seperti ini. Ayo!" Kata Sang Raja pada Pierre.
"Makasih.... papa...."
==============================================================
Done! Akhirnya selesai juga cerita ini! Thanks soo much buat yang ud baca sm vote dari awal sampe akhir. Tunggu ya, masih ada epilog. Oh numpang promosi cerita dulu ya
1. The Princess and Me
2. The Melodies of My Memories
3. Sparkles of My Hopes <-- cerita baru gabungan dari 3 cerita pertama.Happy reading and have a good day ^_^
~sintya98nov~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of the Jewel
FantasíaNamaku Pierre. Aku bukanlah seorang bangsawan ataupun pangeran. Aku hanya seorang rakyat biasa yang bekerja mengurus peternakan kecil di rumahku. Aku tinggal bersama ibuku. Aku tidak pernah bertemu ayahku. Menurut cerita ibu, beliau sudah tiada. Aku...