Joanne's PoV
Di luar turun hujan. Hari ini adalah hari terakhir Pierre bekerja di istana. Pekerjaan di istana memang sebaiknya ia hindari. Memang aku tidak memberikan alasan yang jelas padanya. Tapi, dengan sifatnya yang penurut aku yakin Pierre akan patuh padaku. Ia memang anak yang baik. Sayangnya karena kesalahan kecilku ia harus hidup seperti ini.
"Ma, aku pulang!" Terdengar suara Pierre masuk ke rumah.
"Iya Pierre, mama di dalam." Aku membalas salam Pierre. Pierre mendekatiku.
"Ma, ini ada yang nitip buat mama." Kata Pierre sambil memberikanku sebuah kotak beludru yang sangat indah. Tunggu, hanya orang kerajaan yang mempunyai kotak beludru seperti itu! Jangan sampai peristiwa kemarin terulang lagi.
Jadi kemarin Pierre memberikanku sebuah kotak beludru yang mirip dengan yang dia bawa hari ini. Isinya adalah sebuah perhiasan dari amethyst kesukaanku. Dulu, Wilhelm memang terkenal paling pandai membuat perhiasan di sekolah. Pantas saja dia sering memberikanku perhiasan indah buatannya sendiri. Sejak peristiwa itu, aku tidak pernah menerima perhiasan seperti ini lagi.
Perlahan-lahan aku membuka kotak itu dan...di dalamnya terdapat sebuah kalung amethyst! Tak sanggup menahan haru, aku langsung masuk ke dalam kamar. Jangan sampai Pierre curiga dengan hal ini.
Kalung ini kutinggalkan di kediamanku dulu sebelum pindah di sini. Ini merupakan hadiah ulang tahunku yang ke 17 dari Wilhelm. Sejak dulu kalung ini memang sudah menyimpan kenangan istimewa. Hanya tak sengaja kutinggalkan.
"Ma, mama gak papa?"
Pierre masuk ke kamar dan menemuiku! Aku tidak mau menceritakan semuanya pada Pierre. Jangan sampai ia bertanya hal yang tidak-tidak.
"Pierre, kalau gak ada masalah, tolong keluar." Aku langsung membentak Pierre.
"Ma, kenapa mama ngelarang aku kerja di istana?" Tanya Pierre yang membuat aku berdebar-debar.
"Kenapa kamu nanya hal itu?" Tanyaku untuk mengulur waktu Pierre kembali bertanya.
"Ada kaitannya sama masalah pribadi mama dulu?" Pertanyaan Pierre membuatku semakin tegang.
"Kenapa? Karena Wilhelm bukan? Pierre, kamu anak yang penurut, bukan anak yang sering menentang keputusan orang tua!" Aku kembali membentak Pierre.
"Kalau gitu kenapa ma? Kenapa raja kelihatan tau jelas kehidupan kita? Mama pernah kenal dia?" Pierre kembali bertanya.
"Pierre!"
Kesabaranku habis. Sebuah rotan di atas meja langsung kuambil untuk segera memukul tangannya. Sejak kecil Pierre memang paling takut dipukul dengan rotan. Karena itu dia berusaha untuk tidak melakukan kesalahan. Mungkin itu yang membuat ia menjadi anak yang patuh.
Benar saja, Pierre langsung berlari menghindar dariku. Kami berdua seperti kejar-kejaran di rumah. Kami berlari dari kamar ke ruang tamu, ke dapur, ke halaman belakang, masuk lagi ke dapur. Tiba-tiba, aku merasa ada yang aneh denganku. Tubuhku tidak kuat kugerakkan. Sementara Pierre berlari keluar rumah, aku duduk di kursi. Aku benar-benar lelah. Mataku mulai berkunang-kunang. Bajuku yang basah akibat air hujan membuat tubuhku terasa dingin Aku hanya bisa melihat Pierre yang basah kuyup di halaman rumah dengan takutnya.
Joanne's PoV ends
○●○●
Pierre's PoV
Aku berlari sekuat tenaga. Sejak kecil aku benar-benar tidak menyukai rotan. Entah mengapa, hanya sepertinya ada kenangan buruk yang timbul akibat rotan. Yang sekarang aku bingung, mengapa ibu masih tidak mau memberikan alasannya. Kata raja, ketika aku memberikan hadiah itu pada ibu, ibu akan memberitahu alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of the Jewel
FantasíaNamaku Pierre. Aku bukanlah seorang bangsawan ataupun pangeran. Aku hanya seorang rakyat biasa yang bekerja mengurus peternakan kecil di rumahku. Aku tinggal bersama ibuku. Aku tidak pernah bertemu ayahku. Menurut cerita ibu, beliau sudah tiada. Aku...