Chapter 20 - My Journey Begin

390 18 0
                                    

          Pedang dari Leila, tenda, selimut, obor, sayuran secukupnya, obat-obatan, kompas, semua perlengkapanku sudah siap sekarang. Walau masih pukul 04.30 pagi, aku akan bersiap memulai perjalananku ke Erthel Mine di bagian barat kerajaan. Aku tahu cara mencapainya karena dulu aku dan Serena memang sering berkeliling kerajaan untuk bermain. Namun sekarang aku memutuskan untuk tidak mengabarkan Serena tentang keberangkatanku hari ini.

          Setelah merasa siap, aku berjalan ke luar rumah. Rasanya tak rela meninggalkan rumah yang telah menjadi saksi berbagai macam peristiwa yang terjadi. Tapi, semua ini harus kulalukan untuk memberikan ibu kehidupan yang lebih baik. Tanpa ragu lagi aku berjalan lurus ke arah barat.

          Matahari mulai terbit, menandakan sudah pukul 06.00. Kurasa aku baru separuh perjalanan, walau aku sudah berjalan selama satu setengah jam. Aku berjalan menyusuri jalan desa kami perlahan, menyaksikan para penduduk memulai kegiatannya. Tapi, aku memilih untuk tidak melalui jalan di dekat rumah Ma'am Alison. Kenapa? Aku hanya merasa kurang siap.

          Setelah 15 menit kemudian aku sampai di gerbang desa kami. Seterusnya adalah padang rumput yang sangat luas. Tapi, di hari biasa seperti hari ini, padang rumput ini terlihat sepi. Di sini biasanya diadakan festival-festival dari berbagai wilayah Kerajaan Tanah. Dari sini juga kita dapat melihat kemegahan istana. Saat melihat istana, tiba-tiba aku jadi teringat akan ibu dan Sang Raja. Hal tersebut mendukungku untuk melakukan yang terbaik di perjalananku kali ini.

          Matahari semakin meninggi dan karena tidak membawa jam, aku tidak tahu sekarang sudah pukul berapa. Seharusnya sebentar lagi akan tampak hutan yang sangat lebat. Sakin lebatnya, diperlukan waktu 1 hari penuh untuk sampai di ujung hutan yang lain. Semua orang yang mau masuk ke dalam sana harus membawa kompas agar tidak tersesat. Aku juga sudah membawa kompas. Perlahan aku masuk ke dalam hutan tersebut.

          Sinar matahari yang menembus daun-daun terasa menusuk di kulitku, menandakan sekarang sudah siang. Kurasa aku harus makan siang dan istirahat sebentar. Aku duduk di bawah pohon dan menyantap ayam bakar sisa kemarin buatan Ma'am Hera. Kurasa sebaiknya aku lebih banyak istirahat, mengingat perjalanan akan menjadi sangat panjang.

          Setelah 20 menit istirahat, aku melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan, aku menemukan berbagai tanaman yang bermanfaat. Dari yang untuk dimakan, untuk pengobatan, untuk mengusir serangga, semua aku ambil untuk berjaga-jaga dari sesuatu yang tidak terduga.

          Hutan memang terlihat agak membosankan. Sejauh mata memandang hanya tampak pohon-pohon yang tumbuh menjulang ke langit dan tanaman liar kecil. Semua itu kulalui perlahan-lahan sambil kunikmati. Semenjak usiaku 12 tahun, aku sudah tidak pernah bermain sejauh ini.

          Kakiku mulai merasa pegal sekaligus gatal karena tergigit serangga hutan saat matahari sudah hampir tenggelam. Tampak sebuah danau kecil yang sangat indah. Aku memutuskan untuk segera membuat tenda dan mengumpulkan kayu bakar untuk membuat api. Itu berguna untuk melindungi kita dari monster yang berkeliaran secara bebas di wilayah ini. Mencegah lebih baik daripada mengobati bukan?

          Di dalam danau yang bersih itu hidup ikan-ikan yang lumayan besar. Dengan menggunakan tangan aku menangkap seekor ikan berukuran sedang dan mengambil air danau untuk makan malamku nanti. Benar, aku akan membakar ikannya. Memang sederhana, tapi kurasa semua ini cukup untuk diriku.

          Sudah malam sekarang. Sambil menyantap ikan bakarku aku memandangi bintang-bintang yang bertaburan di angkasa malam. Di daerah kami pencemaran memang masih kecil sehingga langit dan udaranya masih segar. Tatapanku berpindah saat mendengar langkah kaki seseorang yang menginjak rumput.

The Legend of the JewelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang