Chapter 22 - Nostalgic Moment

281 18 1
                                    

========== Di rumah Pierre ==========

"Pierre! Pierre!" Ma'am Hera mengetuk pintu rumah Pierre diikuti Sang Raja yang baru turun dari kereta kudanya.

"Pierre! Pierre!" Ma'am Hera berteriak kembali. Ada sedikit perasaan khawatir dalam hatinya, namun ia tetap berusaha tenang.

"Ma'am Hera, ini aneh. Kenapa Pierre tidak langsung membukakan pintu?" Tanya Sang Raja yang membuat Ma'am Hera tambah khawatir.

"Pierre, bisakah kamu dengar dari dalam? Kami hanya ingin mengajakmu bertemu ibumu." Kali ini Sang Raja yang berteriak memanggil Pierre, tapi tetap tidak ada respon.

========== Di rumah Ma'am Alison ==========

"Pierre.... Pierre...." Terdengar gigauan parau dari kamar Joanne. Kali ini Ma'am Alison langsung menemaninya untuk menenangkan hatinya.

"Ma'am, Pierre jauh.... Mereka mencarinya.... Mereka mendekat.... " Lanjut Joanne. Ma'am Alison hanya terus menggenggam tangannya.

"Pierre.... Dia mencarinya.... Penyihir.... Pierre...." Ma'am Alison mempererat genggamam tangannya.

          Perlahan-lahan Ma'am Alison mencoba menerka apa maksud kalimat yang diucapkan Joanne. Siapa yang mencarinya dan sedang mendekat? Mungkinkah itu Ma'am Hera dan Wilhelm? Kalau itu benar, siapakah penyihir yang dimaksudnya? Apa semua itu hanya khayalan mimpi dalam imajinasi Joanne.

========== Di dalam kamar Alain ==========

Alain's PoV

          Sekarang aku sedang duduk di balkon kamarku. Bosan rasanya di saat libur seperti ini tidak ada yang bisa kulakukan. Apalagi suasana istana yang biasanya sibuk menjadi lebih santai. Semua pasti karena kepergian Ayah dan Ma'am Hera. Tapi bukan suasana itu yang membuatku kesal. Semua karena Ayah dan Ma'am Hera telah membuang waktu mereka hanya untuk Pierre. Lama-lama aku semakin merasa curiga. Benarkah ada hubungan spesial antara keluarga Pierre dengan keluarga istana?

          Daripada kesal sendiri di kamar, aku lebih memilih berjalan-jalan keluar. Tapi aku keluar lewat pintu belakang, sehingga tidak ada yang harus mengantarku pergi.

"Tuan muda Alain, anda mau ke mana?" Seorang petugas keamanan istana bertanya padaku.

"Hanya jalan-jalan sekitar istana. Sudah ya, aku pergi. Ayah juga tidak akan peduli." Tanpa basa-basi aku meninggalkannya.

          Di dekat hutan, jauh dari keramaian, terdapat sebuah rumah. Rumah tersebut cukup berkesan bagiku. Aku biasanya pergi ke sana lima tahun sekali bersama Ayah, saat ia punya waktu luang. Entah mengapa hari ini aku sangat ingin pergi ke sana.

Golden Child's House

          Kubaca tulisan yang terpampang pada papan kecil di depan rumah tersebut. Di halamannya terdapat banyak anak-anak yang sedang bermain. Ada yang bermain sepak bola, masak-masakan, boneka, dan menjahit. Mereka semua terlihat tenang, seperti tidak mengerti keadaan yang mereka alami sekarang.

Tuk...

"Kak, bisa tolong berikan bola itu pada kami?"

          Lamunanku terhenti dan segera mengembalikan bola sepak yang sekarang sedang berada di depanku. Aku memberikannya pada seorang anak laki-laki yang sedari tadi bermain bola.

"Terimakasih kak." Ucapnya lembut. Aku hanya tersenyum.

"Kakak mencari siapa?" Tanyanya.

"Eng..., apa masih ada Ma'am Milla?" Tanyaku padanya.

The Legend of the JewelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang