Chapter 2 - Alain and Lauren

553 27 0
                                    

"Pierre, bangun sayang. Sekarang uda pagi nih." Kata ibu membangunkanku.

"Oh, iya ma! Aku uda bangun kok." Jawabku.

          Aku selalu bangun jam 3.30 pagi. Ya, banyak yang harus kulakukan. Dari mengurus tanaman, hewan. Aku juga membantu ibu memasak karena kondisi tubuh ibu. Sampai jam 6.15, aku baru bersiap mandi, sarapan sedikit, dan mengambil bekal makan siang yang kubuat sendiri. Jam 7.00, aku ke rumah Serena dan pergi sekolah bersama.

"Pierre! Uda siap?" Terdengar suara Serena dari luar rumahku.

"Uda dong. Yuk jalan." Kataku.

          Letak rumah kami ke sekolah lumayan jauh. Sparkling Star Academy berada di antara Kerajaan Salju dan Kerajaan Api. Biasanya kami memerlukan waktu paling cepat 30 menit berjalan kaki. Karena itu aku selalu berangkat lebih awal. Kan jalannya bisa lebih santai.

"Sera, hari ini kita ada sejarah kan?" Tanyaku.

"Iya. Ada 3 jam. Setelah itu istirahat." Jawab Serena.

"Oh. Nanti istirahat, ketemu di tempat biasa ya." Kataku.

"Oh, itu pasti." Jawab Serena.

          Serena itu orangnya lemah lembut banget. Dia jarang marah, walaupun orang uda nyiksa dia juga gak akan marah. Tapi, biasanya dia menangis, diem-diem, di saat orang lain gak tau. Makanya dia sering curhat ke aku.

          Jam 7.45, kami sampai di sekolah. Kami berada di kelas berbeda. Aku di kelas sihir-2a sedangkan dia sihir-2b. Kami biasanya bertemu saat jam istirahat, di kursi dekat perpustakaan.

Kriiiiiing........

"Selamat pagi, anak-anak. Kita kembali belajar sejarah hari ini. Materi kita hari ini diambil dari halaman 98." Kata Mrs. Corrine, guru sejarahku.

          Aku biasanya tidak menyukai pelajaran sejarah. Itu membosankan bagiku. Aku biasanya hanya mendengarkan perkataan Mrs. Corrine, tapi tidak ada yang kuingat. Karena itu, nilai sejarahku pas-pasan. Tiba-tiba, aku merasa ada seseorang menyentuh bahuku dari samping.

"Hey, kamu."

          Aku melirik ke arah kiri. Ternyata dia adalah Arthur, pangeran dari Kerajaan Api sekaligus teman sekelasku juga saingan terbesarku. Tapi dia baik juga tidak sombong, seperti yang biasanya dimiliki oleh kaum bangsawan. Dia kebetulan juga tidak menyukai pelajaran sejarah. Pantas saja dia mengajakku mengobrol.

"Arthur, kenapa?" Tanyaku sambil berbisik.

"Eh, daritadi liatin Mrs. Corrine aja. Ada yang kamu inget?" Kata Arthur.

"Gak sih. Sebenernya biar gak disangangka melamun aja." Jawabku.

"Hehehe. Pierre, Pierre. Eh, abis ini kan pelajaran seni yang tentang pertukangan lho!" Kata Arthur.

"Hah! Serius?" Kataku kaget.

"Hehehe, Pierre, kamu percaya?" Kata Arthur sambil tertawa kecil.

"Huh, Arthur, kamu bohong kan?" Kataku dengan sedikit kesal.

"Hehehe, iya." Jawab Arthur sambil tertawa kecil padaku.

"Huh."

"Heh, makanya kalau jam pelajaran seni itu niat dikit. Kan gak diledekin orang nantinya." Jawab Arthur.

          Arthur itu kadang orangnya serius. Tapi, kalau lagi gak niat, dia emang banyak bercanda. Tapi, aku memang juga tidak menyukai jam pelajaran seni. Apalagi tentang pertukangan besi. Biasanya, kami ditugaskan untuk membuat perhiasan-perhiasan kecil dari batu berharga seperti amethyst, sapphire, emerald, aquamarine. Tapi, Serena suka sama perhiasan kecil seperti itu. Dia bahkan mengoleksi banyak pemberian temannya.

The Legend of the JewelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang