Chapter 6 - My Jewel

360 21 0
                                    

"Anak-anak, hari ini kita akan membuat kalung dari batu amethyst. Saya yakin kalian semua sudah tau caranya. Baik, kalian punya waktu 3 jam untuk mengerjakannya. Kerjakan dengan baik, karena ini bisa kalian jadikan hadiah untuk orang yang spesial." Kata Mr. Theodore, guru pelajaran seni di sekolahku.

          Baik, langkah pertama yang kulakukan adalah, mempersiapkan leontinnya. Aku mengambil sebuah batu amethyst dari depan kelas yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah itu, aku mulai merapikan sisi-sisinya agar lebih rapi dan tidak terlalu tajam. Kemudian, aku memoleskan cairan pembersih khusus untuk membuatnya berkilau. Setelah itu, tahap awal sudah selesai.

          Tahap selanjutnya, yang paling sulit. Aku mengambil selempeng silver yang nanti akan menjadi bingkai amethyst sebagai leontinnya. Pelan-pelan aku menoreh bagian dalamnya sesuai ukuran dari batu amethyst tadi - harus pelan karena aku tidak ingin ada kesalahan. Kemudian, aku mengukir tepiannya - ya, berantakan karena aku memang tidak terlalu bisa melakukannya. Tapi, ya, hasilnya lumayanlah.

          Sekarang tinggal menambahkan sentuhan akhirnya. Aku menyatukan bingkai leontin dengan batu amethyst. Setelah itu, tinggal menyatukan leontinnya dengan tali kalung yang dibuat dari bahan silver. Setelah itu, aku memoleskan kembali cairan pembersih khusus itu supaya mengkilap.

          Akhirnya, selesai! Aku berjalan untuk mengumpulkannya pada Mr. Theodore. Ternyata sudah banyak yang sudah selesai. Sekarang tinggal menunggu Mr. Theodore membacakan nilai kami semua.

"Baiklah, murid-murid. Saya sudah menilai semua hasil pekerjaan kalian. Seperti biasa nilainya saya cantumkan pada secarik kertas kecil pada hasil karya kalian. Tapi, saya akan membacakan 3 orang dengan nilai terbaik kali ini."

          Baik, aku mulai gugup. Jantungku mulai berdebar-debar. Padahal dulu aku tidak pernah peduli pada hasilnya karena aku tau itu tidak akan baik. Tapi, karena kali ini aku berusaha, maka aku mendengarkannya.

"Terbaik 1 adalah........ Arthur Harrison! Seperti biasa dia selalu menjadi yang terbaik."

          Ya, aku memang tidak mengharapkan menjadi terbaik 1. Apalagi harus bersaing dengan Arthur. Sepertinya tidak mungkin.

"Terbaik 2 adalah........ Priscilla! Lagi, seperti biasa dia sering mendapatkan nilai bagus dalam pelajaran seni."

          Aku gagal menjadi terbaik 2 sih. Tapi, aku tetap berharap untuk bisa menjadi terbaik tiga. Jantungku berdetak semakin kencang menunggu Mr.Theodore membacakan terbaik 3.

"Terbaik 3 adalah........ Pierre Gaiamond! Karyanya sederhana, namun yang ini lebih rapi dari biasanya. Ini pertama kali baginya untuk mendapatkan urutan 3 di pelajaran ini. Pertahankan ya!"

          Yeah! Aku berhasil. Ternyata benar kata Serena. Kalau kita memang berusaha dengan baik maka kita akan dapat mendapat hasil yang baik. Waktu berjalan pulang, aku bertemu dengan Serena di depan kelasnya. Aku pun mengobrol dengannya sepanjang perjalanan.

"Serena, aku berhasil!" Kataku dengan senang.

"Wow! Dapat nilai berapa?" Tanya Serena.

"Nilainya sih B+, tapi aku dapat terbaik 3!" Kataku dengan senang.

"Wow! Selamat ya!" Kata Serena.

"Iya. Makasih juga uda dukung aku sebelumnya." Kataku.

"Oh, itu kan bukan apa-apa. Kan kamu yang uda berusaha buat dengan baik. Eh, boleh liat gak hasil karya kamu?" Kata Serena.

"Em.... Jangan deh." Jawabku sambil menunduk.

"Kenapa?" Tanya Serena.

"Em..... Aku...... malu aja." Jawabku sambil tetap menunduk.

The Legend of the JewelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang