19

15.3K 1.8K 119
                                    

Ya ampun, maaf ya lama update. Kemarin kemarin sibuk dan mood berantakan karena ada masalah di kantor. Ya gitu deh karena ada kejadian yang tidak disengaja di kantor dan masalahnya jadi berimbas ke mana-mana. Pusing asli hahaha.

Happy reading yaaaa :*


-------------------------------------------------------

Diriku lega karena akhirnya bisa sampai juga di tempat parkir tanpa harus kelihatan Benja dan papanya. Oh god! Mimpi apa sih aku semalam? Reunian ketemu dia, tadi pagi ketemu, dan siang ini ketemu juga! Gila gila. Aku masih ingat betul pakaian yang ia kenakan ketika di restoran sama persis dengan barusan.

Apa jangan-jangan dia dokter di rumah sakit ini? Tapi selama ini aku tidak pernah melihat dirinya tuh! Iya sih aku ingat kalau papanya bilang bahwa ia adalah dokter magang. Hmmmm. Kalau dia benar dokter magang di rumah sakit ini, pasti setidaknya sekali saja aku berpapasan dengan dirinya. Betul kan? Berpikir positif, Qinsy. Siapa tahu dia ke sini mau check-in akibat pingsannya tadi. Tapi tidak masuk akal juga sih. Kan tadi ia baru dari rumah sakit juga.

Hmmm. Daripada aku memikirkannya, lebih baik aku segera pulang saja. Menjauh dari dirinya adalah pilihan terbaik saat ini. Aku pun mulai menyalakan mobilku. Setelah ini aku akan membeli bensin untuk motorku yang masih mogok dan nangkring di tempat aku bertemu dengan Bang Mefra tadi. Kebetulan aku membawa dirigen minyak. Lalu pulang ke rumah dan naik ojek ke tempat motorku terparkir manis tadi. Pulang deh. Pintar kan aku.

Aku pun menekan pedal gasku. Mobil mulai melaju pelan. Lagi-lagi secara tak terduga aku melihat ada seseorang yang turun dari mobil dan berjalan pelan dengan tangan yang dipegang kencang oleh seorang wanita yang cukup berumur. Wajahnya sangat ceria. Ehmm itu Dea kan? Apa wanita di sampingnya itu adalah Bi Yemyem yang ia bilang saat itu? Tapi wajah wanita itu terlihat panik dan seolah enggan berjalan dengan Dea. Ah lebih baik aku terus menjalankan mobilku. Pasti anak itu ingin bertemu dengan papanya. Yang ada malah masalah lagi jika aku bertemu dengan papanya. Abaikan, Qinsy.

Jarak rumah sakit Mediclo dengan rumahku tidak begitu jauh. Mungkin memakan waktu kisaran 30 menit dari rumahku. Seperti rencanaku di awal bahwa aku harus ke pom bensin untuk membeli bensin. Sekarang bensin ini sudah berada di bagasi mobil. Kembali aku melajukan mobilku. Tak berapa lama sampai juga di rumah.

Di saat yang bersamaan, Bi Jayko sudah terlihat menunggu di teras rumah. Ya Bi Jayko adalah pembantu harian Kak Divi. Kulirik jam di pergelangan tangan kiriku sudah menunjukkan pukul 11 siang. Hmm ini memang jam kedatangan Bi Jayko sih. Begitu mobilku masuk ke area rumah, Bi Jayko langsung berdiri seolah menyambutku dengan senyum ceria yang tercetak di wajahnya.

"Wah, Neng Qinsy tumben ke luar," sambutnya begitu aku turun dari mobil. 

Bi Jayko adalah wanita berumur sekitar 40 tahun. Ia sudah lama mengabdi dengan keluargaku. Dulu sebelum bersama Kak Divi, Bi Jayko bekerja di rumahku bersama Ayah dan Ibu. Karena kedua orangtuaku sudah pindah, alhasil Bi Jayko beralih tugas di rumah Kak Divi. Karena ia sudah tua juga, jadi Kak Divi tidak memperkerjakannya seperti Ayah dan Ibu yang sampai tinggal di rumah. Bi Jayko juga sudah memiliki anak dan suami yang perlu ia hidupi. Anak Bi Jayko yang kedua seumuran Oim. Biasanya ia akan datang mampir pada saat pulang sekolah untuk bermain dengan Oim. Sedangkan anak pertamanya sudah SMA kelas satu.

Aku pun segera mengeluarkan ponselku berniat memesan ojek online. Bi Jayko sudah berdiri di hadapanku. Ia memandangku datar. Oke sudah kupesan.

"Neng, mau ke mana?" tanya Bi Jayko penasaran.

"Mau ambil motor, Bi. Tadi macet abis bensin." Hampir saja aku lupa untuk memberi kunci rumah pada Bi Jayko. Aku pun menyerahkan kunci rumah padanya. Ia menerimanya. "Nih, Bi, kuncinya. Bibi tadi nunggu lama ya?"

Cita-cita : MENIKAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang