46

14.2K 1.9K 150
                                    

Halooo halooooo maafkan diriku ya yang lama update. Serius kemarin aku sempat nggak fit banget. Mau pulang, tapi begitu sampai kos langsung tepar. Belum lagi ada beberapa acara di kantor dan sama teman yang harus dihadiri. Aku udah nulis nyicil, tapi tetap aja nggak keburu. Maafkan yaaaaaa

Tapi tetap ya aku tunggu VOTE KOMEN DAN FOLLOW kalian :))

Aku perlu negasin. TOLONG JANGAN NAGIH KALAU NGGAK FOLLOW AKUN INI. Banyak bgt aku perhatikan yg minta update. Aku sih nggak masalah kalau ditagih sampai ke instagram segala selama kalian follow akun wattpad aku. Tapi ini? Plis deh ya. Mengerti.

Insya Allah akan fast update kalau vote deras juga. Ini aku tinggal tetep aja seret votenya wkwkw

Happy reading!!!


------------------------------------------


Pikiranku benar-benar kalut. Aku super duper dilema dan bingung. Ini beneran gila. Pengakuan Benja masih sulit kupercaya. Seorang Benja gitu loh. Sosok pria jenius, ganteng, berduit, pendiam, putih, tinggi, tapi sekali bicara mampu menyekit perasaan terdalam ternyata menyukaiku. Oh my god! Bagaimana bisa coba?! Nih ya kalau dipikir secara logika. Selain kelebihan yang ia punya, ia juga seorang dokter! Kami berdua itu sangat kontras! Coba bandingkan dengan aku.

Aku itu cuma penulis tidak laku yang sedang merintis karirnya kembali. Itu pun dengan bantuan dua sosok pria yang membuatku tak habis pikir juga menyukaiku. Dua sosok itu adalah Trian dan Bang Mefra. Tunggu dulu, ini bukan mimpi kan?

Plak! Kutampar pipiku sendiri di depan cermin. Bulir-bulir air yang masih menyisa di wajahku kubiarkan menempel di wajah. Trian sih dari dulu memang mengakui tanpa malu sama sekali bahwa ia menyukaiku. Baru-baru ini Bang Mefra juga melakukan hal yang sama. Bedanya Trian memang sudah mengerti dan paham akan perasaannya yang tak terbalas. Sedangkan, Bang Mefra masih optimis.

Bahkan aku tak bisa menolak permintaannya. Lihat saja ketika ia memintaku untuk memanggil sebutan kami dengan aku kamu. Aaaargh! Kuacak-acak rambutku kasar. Ini mustahil. Belum selesai masalah Bang Mefra, sekarang ada lagi urusan perasaan dengan pernyataan Benja. Jadi, Benja menyukaiku sejak kami SMA? Gila gila gila!

"Qin, kamu masih lama?!" Suara besar dari luar kamar mandi menyentakku.

"Iya, Bang. Sebentar!" sahutku dari dalam.

Itu suara Bang Mefra. Ya namanya juga kamar mandi umum dan aku sadar keberadaanku di dalam sini cukup lama. Ia pasti menungguku di luar. Sudahlah, lupakan sejenak masalah ini. Lebih baik aku berwudhu segera. Aku pun berwudhu. Setelah itu kutarik napasku dan kulepaskan perlahan. Kutenangkan diri ini sebelum melihat wajah dua pria itu. Ini jantungku sudah tak bisa aku definisikan lagi rasanya bagaimana.

Aku pun membuka pintu. Wajah Bang Mefra langsung tampak jelas. Ia menatapku sendu dan tak lama setelah itu ia membuang pandangannya. Aku pun begitu juga. Kemudian aku ke luar dan gantian Bang Mefra yang masuk. Hmmm kenapa suasananya jadi kaku begini ya? Tapi sudahlah. Lebih baik lupakan.

Aku pun melangkahkan kakiku menuju mushola. Terus kupegang dada ini untuk meredam rasa dagdigdug yang tak kunjung henti ini. Apalagi begitu melihat kehadiran Benja yang ternyata sedang berdiri tegap dengan mengenakan baju koko putih dan sarung kotak-kotak dominan hitam. Ada peci putih bertengger manis di atas kepalanya. Ya ampun, melihatnya berpakaian islami seperti itu benar-benar membuat kadar ketampanannya bertambah.

Begitu mata kami tak sengaja bertemu, segera kubuang pandanganku. Duh, jantung ini benar-benar bekerja di luar jam normal. Cepat-cepat kuambil mukena dan kupakai segera. Tak berapa lama setelah itu ....

Cita-cita : MENIKAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang