Dia adalah...

3.9K 319 0
                                    

2000

Pradjna masih terpaku di dalam dekapan Peter. Sebuah seringai lembut namun ada maksud jahat yang tersirat, merekah dari bibir seksi seorang Peter. Pradjna mencoba untuk melepaskan pelukan Peter, namun sayang, kekuatan Peter seperti tak bisa dilawan.

"You are mine, sweetheart"

Suara berat milik Peter, membuat Pradjna semakin bungkam. Kedua iris mereka berdua kembali bertemu. Pradjna mencoba membuka birai nya namun tertahan. Tanpa gadis itu sadari, kedua tangannya menempel pada wajah Peter.

"Your touch make me so crazy, sweetheart"

Pradjna terus membelai wajah mulus Peter. Entah kegilaan apa yang sedang dialami Pradjna, apa yang dia lakukan justru membuat iblis dalam diri Peter semakin ingin keluar.

"Pa....". Pradjna ingin mengeluarkan kata namun suara itu tercekat di tenggorokannya.

"You can call me Peter, sweetheart"

Pradjna masih terdiam dengan kedua tangannya masih berada di wajah tampan milik Peter. Lelaki itu seolah berada di atas angin, kembali dia mengeratkan pelukan, menatap lembut gadis incaran yang ada di depannya.

"Panji Indra...Kamu . Panji Indra. Kamu bukan Peter. Kamu...."

Peter melepaskan pelukannya. Dia mundur beberapa langkah dengan tatapan kecewa. Peter memutuskan untuk membalikkan badan dan melangkah pergi, namun kata kata Pradjna membuat langkahnya terhenti.

"Kamu bisa membohongi seluruh isi dunia, tapi kamu tidak akan pernah bisa sembunyi dari aku, Indra. "

Pradjna dengan tubuh masih berbalut jubah mandi, berjalan menghadang langkah Peter. Peter menatap kedua netra hitam milik Pradjna, kemudian berbalik Pradjna yang mendekat ke arah Peter. Pradjna kembali mengeluarkan air mata ketika keyakinannya mulai terjawab.

"Luka ini buktinya, kalau kamu memang Panji Indra, calon suamiku"
Pradjna meraih tangan Peter dan menujukkan luka yang ada di pergelangan tangannya

"Luka ini kamu dapat ketika kita masih sekolah. Dan ini....ini adalah luka ketika kamu jatuh dari motor"
Pradjna kembali menunjukkan bukti keyakinannya dengan menyibakkan rambut milik Peter yang menutupi keningnya. Ada sebuah luka kecil yang tidak terlihat dari kejauhan.

"Dan mata ini...adalah mata yang sama seperti 3 tahun yang lalu sebelum kamu pergi"
Pradjna membelai kedua kelopak mata Peter, mengusap lembut rambut dan kepala Peter.

" Separuh hidupku, aku gunakan untuk mencintai Panji Indra. Jadi mustahil aku tidak tahu dia meski dia harus bertopeng sekalipun"

Kamar itu seketika hening. Pradjna masih setia dengan posisinya, begitu pula dengan Peter. Lelak itu masih belum mengeluarkan kata kata.

"Apa kamu lupa sayang dengan aku? dengan kita? Atau kah memang niatmu untuk sembunyi karena kamu menyerah?"

Pradjna masih menatap lekat manik mata seorang Peter yang sedari tadi memilih untuk menutup mulutnya dengan wajah yang tidak menunjukkan ekspresi sama sekali.

"Jika memang kamu sudah menyerah, aku harus bilang apa?"

Pradjna tersenyum dan tangannya mengarah ke lehernya dan kemudian dia melepas liontin yang ada di leher jenjangnya. Setelah itu, dengan berat hati dia melepaskan cincin yang ada di tangan kiri nya. Cincin yang dia perjuangkan mati matian hingga harus keluar dari rumah. Karena baginya saat itu, menjaga pemberiaan Panji Indra sama dengan menjaga cinta dan kesetiaan untuknya.

"Kamu tau, ketika aku kehilanganmu hingga 3 tahun ini, harapanku berubah. Malah aku berjanji dengan diriku sendiri, tidak peduli bagaimana kamu nantinya, dengan siapa kamu pada akhirnya, asal diberi kesempatan bertemu dengan mu satu kali saja, aku sudah sangat bahagia."

PRADJNA Season I (Tamat) Dan Pradjna Season II (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang