2001
Sosok lelaki tegap dengan tulang wajah yang menunjukkan ketegasan itu, sedang berdiri menengadah ke atas. Kedua netranya menatap lekat torehan lukisan Sang Maha Agung diatas kanvas berupa hamparan langit dengan kerlingan bintang di sana sini. Sejenak lelaki itu merasakan kedamaian hanya dengan menutup kedua maniknya. Kedamaian yang telah 2 bulan ini hilang dari cerita hidupnya.
Lelaki itu memilih untuk melangkahkan kakinya, mendekat ke arah jendela penthouse nya. Kembali dia hanya melihat keindahan Sungai Thames di malam hari. Kerlingan lampu dari bianglala London Eye. Bahkan dari tempatnya dia berdiri sekarang, lelaki itu bisa melihat icon Kota London yang lain, Big Ben.
"I am sure that you really like it, Queen".
Setelah 1 bulan "kepergian" Pradjna, Peter alias Panji Indra memilih untuk kembali ke kota asal orangtua angkatnya, London. Peter sendiri sudah sangat berupaya untuk mencari kebenaran kematian Pradjna. Namun, sekali lagi, tembok tak kasat mata yang dibangun Prabu, tak bisa diruntuhkan Peter. Segala cara dia tempuh,namun hanya sebaris kalimat yang dia dapat ketika akhirnya Prabu bersedia bertatap muka dengannya
"Nana sudah tidur tenang. Kamu puas kan sekarang?. Pergilah, cari kebahagiaanmu sendiri"
Peter bukanlah manusia bodoh yang tidak bisa mengartikan ekspresi wajah Prabu ketika menyampaikan kabar kematian putrinya. Terlihat tenang tanpa rasa sedih. Hanya itu yang bisa dia simpulkan. Peter sepenuhnya paham bagaimana watak seorang Prabu Dewantara jika itu bersangkutan tentang putri tunggalnya. Ada kebohongan dibalik "kematian" Pradjna.
Hingga 2 bulan sejak kabar kematian Pradjna yang Peter anggap sebagai kematian palsu, tidak ada secercah informasi mengenai keberadaan gadis separuh nyawanya itu. Hingga detik ini pun, Peter masih terus mencari Pradjna meski sekarang mereka berdua berjarak puluhan ribu kilometer. Satu fakta yang membuat Peter semakin yakin bahwa nama Pradjna tidak ada di dalam daftar kematian setiap rumah sakit yang dia cari.
"I will find you, my other half."
************
Di tempat lain, yang berjarak puluhan ribu kilometer dari Kota London, seorang gadis yang masih enggan untuk melihat dunia, tampak terbujur lemah di atas pembaringan di tempat dia dirawat. Banyak selang yang terhubung ke mesin penunjang hidupnya, membuat gadis itu layaknya sebuah mayat tapi masih bernafas. Di sampingnya, masih duduk dengam setia kakak angkatnya yang hanya bisa menatap wajah gadis itu dengan tatapan penuh kesedihan
"Kakak cinta kamu, Ra. Bangun, sayang. Kekasihmu tidak bersalah, Ra. Karena itu ayo cepat sadar. Kakak janji kalian akan bersatu dan tidak akan terpisahkan lagi"
Kemudian, dokter muda itu memilih pergi setelah mengecup kening adik angkatnya. Dia harus segera pergi untuk segera mewujudkan janjinya.
"Kalian berdua harus bersama"
********
Peristiwa 2 bulan yang lalu merupakan sepenuhnya rekayasa Mahendra yang dengan kelicikannya mampu menyuap salah satu orang kepercayaan Peter. Sesuai skenario yang dibuat, sekali lagi, Panji Indra terbuang. Bahkan sesuai dengan perhitungan Mahendra, Pradjna akhirnya kembali tidak sadarkan diri. Mahendra di atas angin, dan seperti sebuah adegan yang berulang, lelaki itu dianggap menjadi pahlawan di antara keluarga Dewantara.
Setya adalah orang pertama yang menyadari kebusukan Mahendra. Dengan bantuan Rossa dan suaminya Ferry, mereka bertiga akhirnya memberanikan diri menemui Gerry tanpa sepengetahuan Prabu. Serupa dengan Setya, tanpa sepengatahuan Peter, Gerry pun akhirnya juga sudah menemukan pengkhianat yang telah bekerja sama dengan Mahendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADJNA Season I (Tamat) Dan Pradjna Season II (On Going)
RomanceSeorang perempuan cantik, keturunan bangsawan tanah jawa, putri tunggal seorang pengusaha sukses mempunyai kisah cinta yang tidak biasa. Sebuah kisah cinta yang punya prolog begitu indah dan sangat manis. Tak ada yang mengira jika cerita cintanya p...