Terima kasih sebelumnya saya ucapkan kepada semua teman teman yang suka dengan karya saya ini.
Kemungkinan besar, cerita Pradjna akan dibuat dua season. Alasannya adalah cerita ini sangat panjang. Kalau saat ini sudah sampai part ke 40 di versi aslinya lebih dari part ke 60 an. Jadi agak saya ringkas biar ga terlalu panjang.
Kalau nanya kapan endingnya? Untuk Pradjna season 1 akan segera menuju bab ending. Tidak lama setelahnya akan saya lanjutkan dengan season 2.So, tetap bersabar dengan cerita ini. Jangan lupa vote dan komennya ya
Terima kasih
**************
2008
Pradjna terus melangkah meninggalkan ruangan terkutuk itu. Kedua tongkat penyangganya terlepas entah kemana. Langkahnya sangat perlahan dengan kedua tangan yang menumpu pada dinding rumah. Peluh dan air mata telah membasahi seluruh wajahnya. Hati dan pikirannya hanya ingin segera sampai di kamar tidurnya. Namun karena kedua kakinya yang belum mampu berjalan normal, jarak antara kamar tidur dengan ruang kerja suaminya terasa jauh.
Jantungnya kembali berdegup kencang ketika pintu ruang kerja Peter telah terbuka setelah lelaki itu menendang kuat daun pintu ruangannya. Pradjna mencoba terus melangkah namun tubuhnya terpaksa jatuh tersungkur karena salah satu kakinya tersangkut permadani yang menutupi lantai di lorong tersebut.
Dari arah belakang, Peter berlari ke arahnya dan dengan sigap Peter menggendongnya kemudian masuk ke salah satu kamar serta menguncinya dari dalam. Pradjna masih terus memberontak dengan menggerakkan anggota tubuhnya namun sekali lagi usahanya gagal dan mengakibatkan dirinya terhempas ke atas ranjang.
"Kamu salah paham, Sayang. Dengarkan aku dulu"
Pradjna memilih untuk bangun dan duduk di atas ranjang yang ada di sebuah kamar yang dia sendiri merasa asing ada di dalam sana. Tatapan matanya kosong, hanya air mata yang terus keluar tanpa bisa ia bendung. Sesekali dia melihat dari sudut matanya, Peter bersimpuh di depannya, menenggelamkan kepalanya di pangkuan Pradjna. Sesekali ia juga mendengar isak tangis penyesalan dari sang suami. Namun sayang, hatinya tak selembut dulu. Hatinya telah sangat terluka dengan semua tingkah buruk lelaki yang ada di depannya
"Jangan tinggalkan aku, Adjna"
"Maafkan aku, Sayang"
Pradjna masih tak bergeming dari tempatnya. Pandangannya masih terarah pada satu titik. Peter dilanda kekhawatiran mengingat kondisi istrinya yang baru saja pulih. Lelaki itu meraih wajah istrinya, mencium pucuk kepala , bibir dan pipi wanitanya. Namun tak mampu membuat wanita yang ada di hadapannya untuk membuka suaranya.
"Jangan diam, istriku. Bicaralah."
"Pukul atau tampar aku. Tapi jangan diamkan aku seperti ini"
Peter menumpukan kepalanya pada pangkuan istri tercintanya. Lelaki itu takut. Takut untuk ditinggalkan. Baginya, Pradjna adalah nafas dan hidupnya. Wanita yang sekarang ada di depannya harus terus ada di sampingnya walau apapun kondisinya.
"Aku memang bajingan. Aku pengkhianat. Aku....aku laki laki penuh banyak dosa"
Peter terus bermonolog dengan Pradjna yang seolah tak mendengarkan semua ucapannya. Hati wanita itu telah terluka cukup dalam. Runtuh sudah bangunan cintanya untuk lelaki yang namanya selalu ada di hati dan setiap doanya. Bangunan cinta yang dia bangun dengan pondasi kesetiaan dan rasa saling percaya. Namun Pradjna lupa akan satu hal, bangunan cinta itu tak akan pernah kokoh jika tidak dipertahankan oleh dua orang.
Pradjna tertawa miris meruntuki setiap garisan nasib yang menimpanya. Dan siapa sangka jika segala nasib buruknya bersumber dari seseorang yang selalu dia agungkan sebagai cinta pertama dan cinta sejatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADJNA Season I (Tamat) Dan Pradjna Season II (On Going)
RomanceSeorang perempuan cantik, keturunan bangsawan tanah jawa, putri tunggal seorang pengusaha sukses mempunyai kisah cinta yang tidak biasa. Sebuah kisah cinta yang punya prolog begitu indah dan sangat manis. Tak ada yang mengira jika cerita cintanya p...