In Your Hand

2.7K 200 29
                                    

2018

Langit kelam telah mulai undur diri, pertanda tugasnya untuk menyelimuti terang telah berakhir. Perlahan, warna hitam pekat berangsur cerah kemudian konstan dengan warna yang membiru.

Perubahan warna langit tak disertai dengan perubahan yang dirasakan oleh Pradjna. Wanita itu sekarang berselimutkan duka. Tak ada senyuman selayaknya pengantin baru. Semalaman dia menangis, hingga tanpa dia sadari, kedua netra indahnya yang tiada henti bekerja, perlahan menutup seiring lelah yang menjalar ke setiap bagian tubuhnya. Ketika ia bangun pun, rasa sedih yang dirasakan malam sebelumnya belum menghilang malah bertambah besar saat terbangun didapatinya sebuah lengan kokoh memeluknya erat. Pradjna yang belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi, tiba tiba berteriak dan segera bangkit dari pembaringannya.

"Kau...."

Lelaki yang ada disampingnya semalam tadi, terbangun dengan kerutan besar di keningnya. Sedetik kemudian dia terkekeh, dan memilih untuk mengamati tingkah laku wanita yang baru sehari menjadi istrinya.

"Kenapa kamu berteriak,sayang?"

"Aku..kamu....ini dimana?"

Lelaki itu akhirnya turun dari ranjang mereka dan mendekat ke arah Pradjna dengan hanya memakai celana panjang tanpa penutup dada bidangnya.

"Kamu selalu cantik, kalau bangun tidur"

Pradjna berusaha memalingkan wajahnya ketika tangan lelaki itu meraih dagunya. Melihat Pradjna melakukan penolakan, lelaki itu akhirnya marah. Beberapa saat kemudian dia mencengkram erat lengan Pradjna dan mendekatkan tubuh mereka hingga tidak ada lagi jarak diantara mereka.

"Masih menolak aku, sayang?. Sudah satu minggu kita menikah dan kamu masih anggap aku orang asing?

Pradjna masih berusaha memalingkan wajahnya namun gerakannya tidak bisa menandingi cekalan tangan lelaki itu yang sudah mencengkeram erat surai hitam miliknya. Wajah Pradjna dipaksa mendongak ke atas. Lelaki itu akhirnya leluasa mencium birai merah milik Pradjna. Lelaki itu menyatukan kedua birai mereka dengan sangat kasar. Pradjna berusaha melepaskan, namun tangan lelaki itu mengunci pergerakan Pradjna.

"Hari ini sementara kamu bebas. Aku masih belum ingin meminta hakku. Tapi sekali lagi kamu melawan apa mauku, aku ga akan segan segan untuk membuatmu tak bisa bangun dari ranjang kita,sayang"

"Oh ya , mantan pacar sialan mu itu, akan bebas hari ini. Jadi, semua ponsel, tab dan laptop kamu, mulai hari ini aku sita. Dan satu lagi, aku melarangmu keluar rumah. Jangan pernah membantah. Kamu tau sendiri akibatnya kan?"

Lelaki itu menghempaskan tubuh Pradjna ke atas ranjang. Setelahnya dia keluar kamar namun sebelumnya lelaki itu berkata sesuatu yang membuat Pradjna merinding ketakutan

"Persiapkan dirimu untuk nanti malam, sayang."

Kembali Pradjna hanya bisa menangis dan merasakan sakit yang teramat dalam di sudut hatinya. Ingin sekali dia berlari dan menjauh, tapi ada banyak nyawa yang bergantung pada keberadaannya di rumah ini. Lelah menangis, Pradjna akhirnya tertidur dan dia pun berharap akan terpejam selamanya tanpa terbangun.

*********

Kelopak mata indahnya tiba tiba terbuka seiring dengan suara bising yang ditangkap jelas oleh kedua telinganya. Jam dinding berdetak di angka 11 dan itu berarti dia telah tertidur hampir 4 jam lamanya. Tak hanya suara bising, perutnya yang bernyanyi juga membuatnya terbangun. Ketika dia telah duduk di tepi ranjang, nampak sepiring roti bakar dan segelas susu coklat kegemarannya yang sangat menggugah seleranya. Tanpa pikir panjang, dia memakan habis semua makanan dan minuman yang ada.

Entah apa yang terjadi kemudian, suara bising yang tadi terdengar sayup-sayup,
kini mulai terdengar jelas diikuti oleh suara pecahan gelas dan kaca. Secepatnya dia keluar dari kamar dan menyusuri lorong rumah besar itu untuk mencari sumber keributan itu. Sesaat dia menuruni anak tangga terakhir, langkahnya terhenti ketika sumber suara yang menyebabkan kebisingan itu berada tidak jauh dari tempat dia berdiri.

PRADJNA Season I (Tamat) Dan Pradjna Season II (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang