Hancurnya Impian

4.7K 337 2
                                    

1997
Setelah pesta pertunangan meriah digelar, semua aktivitas kembali seperti semula. Panji Indra telah berada di Adelaide seminggu sesudah pesta digelar. Nana sendiri membagi pikirannya, untuk kantor dan untuk persiapan pernikahannya. Untung saja, kedua wanitanya, Astri dan Fransisca, siap sedia untuk membantunya mempersiapkan segala macam kebutuhan pernikahannya. Prabu dan Prayoga juga tak kalah sibuk dengan rencana besar mereka, melimpahkan perusahaan mereka berdua kepada Panji Indra, karena menurut mereka hanya Panji Indra yang pantas mengambil alih kepemimpinan milik mereka berdua. Panji Indra sendiri pun mengamini permintaan Prabu dan Prayoga karena Panji Indra sendiri meminta kerelaan hati calon mertuanya agar Nana sepenuhnya ada di rumah jika mereka telah menikah.
Bicara mengenai ancaman Mahendra, Panji Indra sendiri sedikit banyak mulai terusik dengan ancaman kakak sepupunya itu. Tidak boleh ada yang tahu apa yang dikerjakan di luar Indonesia. Terbukti, demi menahan langkah licik Mahendra, Panji Indra mulai mengukung keluarga Prabu dan Prayoga dari informasi mengenai dirinya. Khusus untuk Adjna nya, Panji Indra menempatkan banyak pengawal untuk menjaganya dari jangkauan Mahendra dan semua lelaki pemuja rahasia Nana.

Bangkai yang tertutup rapat, tetap akan tercium baunya. Filosofi itu yang sekarang berlangsung dalam kehidupan Panji Indra dan Nana. Rabu pagi, Nana memulai aktivitas seperti biasa di kantor Prabu. Hari itu tepat H-25 acara pernikahannya. Senyum merekah selalu dia tampilkan, mengingat sebentar lagi adalah hari besarnya. Kesibukan Nana terganggu, ketika telepon di ruangannya berbunyi.

"Adjna sayang, please don't do anything. Wait for me. I'll go home soon. Sekarang aku ada di London sayang. Just trust me. Do you believe me?"

"Kamu kenapa sayang? Ada apa?

"I dont have much time Adjna. Take care yourself. I really love you. Bye"

Nana hanya terheran menerima sambungan internasional dari calon suaminya. Banyak yang ingin dia tanyakan, namun pekerjaan yang menumpuk di mejanya, urung membuat dia terus menerus bertanya dalam hati.

Sekitar jam 8 malam, Nana telah tiba di kediaman Prabu, ayahandanya. Pekerjaan yang menumpuk membuat Nana harus sedikit lembur. Pemandangan tak biasa membuat Nana mempercepat langkahnya untuk segera masuk ke dalam rumah besar itu. Di ruang tengah rumah Prabu, sudah berkumpul Prayoga, Fransisca, Doni dan juga Mahendra. Selain itu ada Prabu, Astri, Rossa dan Feri sang suami. Nana memperlambat langkahnya ketika melihat mama tercintanya menangis dalam pelukan adik Prabu, Rossa. Fransisca sendiri memilih untuk menyandarkan kepalanya dengan mata terpejam pada bahu anak tirinya, Doni. Prabu sendiri berkali kali mengeluarkan umpatan. Prayoga hanya bisa tertunduk dan terduduk seperti seorang tersangka. Nana mencoba mengumpulkan keberanian untuk ikut serta dalam pembicaraan mereka.

"Papa....". Semua orang memalingkan wajah ke arah Nana. Semua menunjukkan wajah sedih dan iba.

"Duduk di sini Na. Papa ingin bicara". Nana berjalan perlahan dan duduk di sofa tepat di depan papanya berdiri. Prabu menghela nafas. Terlihat setetes air mata keluar dari sudut mata nya. Sesak dan sakit, mungkin itu yang dirasakan Prabu. Malu dan tidak ingin menunjukkan muka, mungkin itu yang mewakili Prayoga. Sesaat semua hening. Hanya isakan dari Astri dan Fransisca yang terdengar. Nana hanya bisa terheran tanpa ada keinginan untuk bertanya.

"Papa,....". Prabu mendekat ke arah Nana,duduk di depan putri tercintanya. Sungguh hari itu merupakan hari terburuk untuk Prabu. Lebih buruk dari pada kejadian korupsi manajer keuangan salah satu anak perusahaannya. Bahkan lebih dari kejatuhan saham perusahaan yang lain. Bagi Prabu, putri tunggalnya adalah harta yang tidak ternilai harganya.

"Nana sayang, kamu tau kan, papa,mama, tante Rossa, Om fery sayang sekali sama Nana?". Nana mengangguk cepat sambil mempererat genggaman Prabu. Prabu menghela nafas. Mencoba menahan rasa sakit

PRADJNA Season I (Tamat) Dan Pradjna Season II (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang