˚✩彡Siapa sangka, sekarang gue sedang berada di kamar hotel, berfikir apa yang sebenarnya terjadi antara gue dan Ginting
Selesai tes piano, Ginting mengajak gue ke tokyo skytree. Karena bingung, jadi gue minta untuk balik ke hotel sebentar untuk ganti baju menaruh barang-barang.
Sudah lewat satu jam sejak gue masuk ke kamar, tapi gue masih tidak tau apa yang harus dilakukan. Sebagian rasa ngga enak ke Ginting yang mungkin sedang menunggu gue— sebagian lagi rasa bodo amat yang masih ada semenjak gue dan dia 'bertengkar'.
tok tok
Mendengar suara ketukan pintu, gue yakin itu Ginting. Spontan, gue panik.
Gue membuka pintu perlahan, dan langsung melihat Ginting yang sedang tersenyum. Wow, why is he acting like... nothing happened to us?
"Mau ngobrol?" katanya, yang sama sekali engga gue duga. Gue dia bakal nanyain gue kenapa gue lama banget, atau bahkan komplain.
Gue membuang nafas panjang, dan membuka pintu dengan lebar, mengisyaratkan dia untuk masuk ke dalam. "Maaf berantakan" ucap gue, masih enggan untuk menatap ke arahnya.
Gue duduk di pinggir kasur, dan diikuti sama dia.
Ginting terlihat ingin berbicara, namun tertahan— mungkin karena ego-nya, or whatever it is. "Gue minta ma—" belum selesai berbicara, gue tiba-tiba merasa ingin meledakkan emosi— otomatis meneladah muka gue dan menangis. I dont know why. But i guess there's too many things happening at once.
Ya, gue masih bingung aja sih sama perasaan sendiri. Gue baru kenal dia seminggu, dia buat gue nyaman, gue gatau dia mainin gue doang atau engga, terus— pokoknya gue bingung.
Ginting tiba-tiba merangkul gue untuk mendekat, yang jelas gue menahan. Tapi tenaga dia kuat bukan main, jadi sekarang posisi gue tersandar ke pundaknya dengan tangan Gintinh berada di pundak gue.
"Kangen, tau" katanya, yang membuat gue tersenyum, dengan air mata masih menetes. Gue kenapasih?!. "Aku boleh ngomong?" tanya Ginting, yang gue balas dengan anggukan.
"Maafin gue" katanya, lalu berhenti sejenak.
"Gue sayang sama lo kecepetan, terus jadi baper, terus akhirnya malah gini" lanjutnya."Siapa bilang ini akhirnya?" ucap gue asal, bener-bener kalo ngomong ngga di filter.
"Ooh jadi gitu?" katanya, dengan nada menggoda. "gue dimaafin ga?" lanjut dia lagi.
"hmm" balas gue dengan malas.
"Tau ga kita butuh apa?" tanya Ginting.
"Apa?" balas gue.
"a safety pin" katanya. gue mengernyitkan dahi dan melihat wajahnya. "we'll safety pin the pieces of our broken hearts back together"
"And patch up all the holes until we both feel much better" lanjutnya. "bisa romantis kan gue?" katanya sambil tertawa.
"And where do we find the safety pin?" tanya gue pelan.
"Kamu udah punya janji sama tokyo sky tree"
˚✩彡
Sekarang gue dan Ginting sedang mengantri untuk membeli tiket naik ke tokyo sky tree.
For reference, this is how the tokyo skytree looks like ;
Saat gue mau mengeluarkan dompet untuk membayar, tangan gue ditahan.
"Ngga boleh" katanya.
"Kenapa? kan janji nya gitu"
"Kan udah menang Gold, dapet bonus" lanjutnya.
"Sombong, dasar" kata gue sambil memutar mata.
"Ngga sombong kok" balasnya lagi. "Nanti sombongnya kalo udah menangin hati kamu" ucapnya yang membuat gue bergidik ngeri.
"Ih, najis, alay lo"
Gue dan ginting akhirnya dipersilahkan untuk naik ke lift yang akan membawa kita ke ketinggian 600 meter.
Sampai di atas, kita disambut dengan pemandangan kota tokyo— yang sukses membuat gue sangat takjub.
Raut wajah gue berubah saat melihat seluruh kora tokyo dari ketinggian saat ini. Terlebin, city lights are one of my favourite things ever. I think they're an inanimate witness of endless feelings and emotions, and it's just so pretty.
"Cantik ya" kata ginting seketika. "Kayak kamu" lanjutnya, membuat gue menjauh darinya sebelahnya.
"Udah plis, geli" kata gue, melihat dia yang nge gombal lancar seperti barusan.
Gue dan dia berhenti berjalan. "Tau gak, kesimpulan gue hari ini?" tanya nya, dengan mata yang masih memandang ke arah kota tokyo.
Gue tidak menjawab, hanya menatap dirinya diantara pemandangan kota tokyo.
"Kita gak butuh safety pin. orang masih sama-sama sayang"
sinisukanthony
sinisukanthony : my forever.
˚✩彡
KAMU SEDANG MEMBACA
volunteer
Fiksi PenggemarJapan Open 2018, and everything in between started : aug 2018 , completed : feb 2019 [under maintenance + 2021 after story in progress] cover illustrated by Masashi Shimakawa