˚✩彡"Kyka"
"Kyk"
"Kykaaaa, bangun"
Samar-samar, terdengar suara Ginting. Gue membuka mata perlahan, dan disambut dengan Ginting yang sedang duduk di tepi kasur. Sudah pagi ternyata.
"Hai" sapanya, yang gue balas dengan senyuman.
"Bangun, udah jam sepuluh"Gue menggelengkan kepala, menarik selimut, lalu mengubah posisi untuk siap-siap kembali ke dalam alam mimpi.
"Kykaaaa, bangun ih" ucapnya lagi, kali ini sambil menarik selimut gue.
Jelas gue memberontak, dan menarik kembali selimut nya sampai menutupi wajah gue.
"Jam satu aku pulang loh" lanjutnya, menggoyang-goyangkan pundak gue.
"Bodo ah, mau tidur" ujar gue sekaligus menepis tangannya.
"Ihhhhh bangun ga?!"
"Engga"
"Ya udah, aku ikutan tidur sini juga" katanya. Gue bisa merasakan dirinya berbaring disebelah gue. Thanks untuk sport jantungnya, ting.
Fyi, semalem dia tidur di sofa.
Gue enggan untuk bergerak, masih ingin tidur. Tiba-tiba gue merasakan tangan Ginting melingkar disekitar pinggang gue, otomatis membuat gue kaget.
"Woi, aku mau tidur" bisik gue sambil menepis tangan dia.
"Yaudah, tidur aja sih" jawabnya. Nyebelin, emang.
Gue menggeram kesal, lalu menyerah. "Yaudah nih ah gue bangun"
"Orang gaada yang maksa kamu bangun" lalu ia bangkit dari posisi tidurnya. Gue pun ikut duduk menyender di railing tempat tidur, tepatnya di sebelah Ginting.
"Met pagii" katanya sambil merangkul gue, menginstruksikan gue untuk menyender di pundaknya.
Hanya menjawab dengan anggukan kecil, Ginting hanya menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat tingkah gue yang masih super ngantuk ini.
Seketika gue ingat tentang pesan yang tidak sengaja gue lihat di handphone Ginting kemarin malam. Tanya aja, kali ya? batin gue. "Semalem pergi?"
"Hah? pergi kemana?"
I should believe him, right? "E-engga. yaudah gue mandi dulu" balas gue sambil buru-buru beranjak dari kasur.
˚✩彡
Setelah semuanya sudah beres, dan semua barang Ginting sudah kembali ke dalam kopernya, kita langsung bertemu dengan Rian.
Sekarang gue sedang makan siang di airport bersama mereka berdua.
"Kyk, ikut ke korea yuk" ucap Ginting tiba-tiba. Ucapannya membuat gue jengkel.
Kalau seperti ini pasti makin susah pisahnya.
"Ya udah, gue ke Korea terus lo urusin kuliah gue disini ya" jawab gue bercanda.Ia memasang raut wajah pura-pura mengambek, yang tentu mengundang tawaan geli dari Rian.
"Udahan ah, yuk udah mau jam dua belas"
Ginting menghembuskan nafas panjang. Gue tau persis kalau dia tidak suka dengan yang namanya perpisahan. Gue juga sih, cuma mau gimana lagi?
Gye melirik ginting sebentar, memastikan ia tidak apa-apa.
Dan benar saja, sepanjang perjalanan dari restoran ke terminal keberangkatan, Ginting jalan dibelakang gue, enggan untuk mengucapkan sepatah kata pun.
Bahkan Rian terlihat sangat antusias untuk berangkat ke Seoul. Shouldn't Ginting be excited too?
Saat gue sudah bisa melihat gate keberangkatan, gue berhenti berjalan, dan memutuskan untuk menunggu Ginting yang tertinggal beberapa langkah dari gue dan Rian.
"Lo gapapa?" tanya gue, yang hanya dijawab dengan anggukan kecil. Ia enggan melihat ke wajah gue, dari tadi hanya menatap lantai.
"Ginting, kamu gapapa?" tanya gue lagi, walaupun sebenarnya gue tau perasaannya sekarang.
"Pengen walk out Korea Open, boleh nggak sih" ucapnya disertai dengan tawaan pahit. "Kalo ditanya alesannya jawabnya maaf saya pengen pacaran aja capek jadi atlet"
Gue tersenyum, bukan senyuman senang. saat gue mau bicara, ginting berhenti berjalan. ternyata kita udah di depan gate.
"Here we go again" ucap gue sambil memainkan jari gue sendiri. Kalau di hidup gue ada tombol untuk mempercepat waktu, gue yakin sudah memencet tombol itu sekarang. I wish i dont have to say goodbye. "Jangan aneh-aneh ya, di Korea"
"Yang aku inget ldr ga sesusah ini" katanya. Oh wait. Dia lagi ngomongin Diandr- no. Ngga boleh mikir yang aneh-aneh, plis Kyka.
"Gapapa, nanti video call tiap malem" ucap gue.
"Udah ah dadah-dadahnya gausah lama-lama, itu dikit lagi kamu nangis" gue tertawa, ingin mencairkan suasana emosional ini. Namun sepertinya ia sedang tidak mood untuk bercanda."Hmm, ya udah. See you later ya. Jaga diri disini. Pokoknya vidcall tiap malem, oke? Doain aku, biar menang, terus semoga balik dari Korea bisa mampir kesini bentar" ucapnya. "Sini"
Ginting membuka kedua tangan nya lebar, lalu gue tersenyum dan memeluknya. Iya, dua orang ini pelukan setiap di airport doang.
"Good luck besok ya!" ucap gue sedikit kencang saat ia sudah mulai menjauh.
˚✩彡
Setelah meninggalkan airport, gue memiliki janji denga Alyssa. Katanya ia ingin bercerita tentang 2 hari nya bersama Rian.
Katanya tidak ada apapun di antara mereka, Alyssa bilang ia sama sekali tidak tertarik dengan hubungan jarak jauh. Tapi she enjoyed her days with Rian, dan menurut gue itu adalah hal yang baik.
Gue bisa melihat dengan jelas kalau Alyssa tertarik dengan pria itu, and vice versa, tapi gue yakin keduanya hanya menikmati waktu bersama— nothing too serious.
"Iya jadi tuh semalem gue sama dia harusnya jalan! Tapi gara-gara deadline laknaaaaat, akhirnya gajadi. Terus dia ngambek gitu kyka lucu banget nget nget" katanya panjang lebar, kayak orang kumur-kumur. Iya, emang gitu anaknya.
"Mana bete banget, harusnya tadi gue disamperin dia pagi-pagi pas di dorm! tapi gue malah ketiduran, tau gak sih?!" ucapnya lagi.
"Loh, gue jadi lo sih udah bangun dari subuh" ucap gue sambil tertawa.
"Tau nih, gara-gara Diandra sialan, semalem baru pulang jam satu pagi"
˚✩彡

KAMU SEDANG MEMBACA
volunteer
Fiksi PenggemarJapan Open 2018, and everything in between started : aug 2018 , completed : feb 2019 [under maintenance + 2021 after story in progress] cover illustrated by Masashi Shimakawa