˚✩彡Shinjuku memang ngga pernah sepi, walaupun di jam-jam seperti sekarang, jam lima pagi. Iya, gue terbangun karena suara lampu penyebrangan di jalanan depan hotel.
Gue memutuskan untuk turun ke resepsionis untuk melakukan morning call ke setiap kamar.
Gue memakai cardigan, lalu langsung keluar kamar.
Di lobby hanya ada 1 orang resepsionis. sepi memang, karna Tokyo bukan kota yang orang-orangnya gemar untuk bangun pagi.
Setelah membuat morning call, tadinya gue ingin ke mini market untuk membeli sarapan. Tapi jujur gue masih agak ngantuk. Batal, jadinya.
Gue berjalan ke arah lift dengan keadaan sedikit kurang fokus, lalu malah dikagetkan dengan orang yang baru mau keluar lift.
"EH AING KAGET SIA" teriak gue lumayan kencang, membuat laki-laki di depan gue tertawa pelan. "Eh, Ginting, heheh"
"Nuju naon enjing enjing didieu" (ngapain pagi-pagi disini) ucapnya dengan bahasa sunda yang sangat fasih.
"Eh maneh urang sunda oge?" (eh lo orang sunda juga?) lanjut gue, keterusan bicara menggunakan bahasa sunda.
"Nteu" (ngga) jawab dia singkat, dilanjut dengan melangkah ke dalam lift lagi. Lah, ngapain? bukan nya tadi dia mau keluar lift?
"Terus?" tanya gue. "Udahan ya pake bahasa sundanya. Capek"
Ginting tersenyum kearah gue. "Tadi pertanyaan gue belum dijawab. Ngapain pagi-pagi gini dibawah sendirian?"
Kemudian pintu lift terbuka, menandakan kita sudah sampai di lantai tujuan. Gue dan ginting berjalan bersampingan. "morning call" jawab gue dengan singkat, padat, jelas. Not trying to be mean, but im sleepy!
"Besok pagi gausah. Bahaya tau cewe keluar pagi-pagi, mana sendirian lagi" katanya, sambil menghentikan kakinya, karena kita berdua sudah sampai di depan pintu kamar gue.
"Ngaco lo mah, bilang aja gamau ada morning call" ucap gue yang membuat dia ketawa.
Terus hening lagi.
"Kyka"
"Ya?"
"Engga jadi, yaudah, masuk sana. sampe ketemu di bis nanti " katanya sambil senyum.
kok gue deg deg an...
"Eh- um- oke"
˚✩彡
Sambil menunggu para atlet yang sedang latihan, gue dan Varo pergi ke mini market terdekat untuk membelikan air putih, dan minuman-minuman isotonic untuk mereka.
"Kyka, besok pagi gausah ada morning call dong, plis banget" ucap varo dengan mukanya yang sok melas.
"Ah elu, sama aja kayak deh kayak Ginting" Balas gue- Wait. I'm not supposed to say that! Fuck. Pake acara keceplosan.
"Hah, Ginting? Kapan lo ketem— WAH ADA APA NIH? baru sehari aja ud— "
"Bacot. berisik" potong gue.
Varo tidak melanjutkan perkataannya. Ia hanya menaikkan satu alisnya, lalu tertawa sendiri. Agak gila, emang.
Akhirnya gue dan Varo kembali ke dalam Sports Plaza, tempat Japan Open 2018 diselenggarakan. Kita berdua membawa 2 kantong plastik berisi berbagai minuman botol untuk para atlet.
"Gue bagi kesana, lo kesana ya" perintah Varo, menunjuk ke arah lapangan pemain perempuan, dilanjut dengan lapangan pemain laki-laki.
"Engga! apaansih, jangan modus. Gue kasih cewe, lu cowo" bantah gue.
Yang gue ajak ngomong malah ngeloyor sambil nyengir-nyengir ke arah pemain-pemain perempuan. Alhasil gue terpaksa untuk menaruh 2 botol air mineral dan 2 botol minuman isotonic di setiap pinggir lapangan atlet laki-laki.
Setelah menaruh minuman di lapangan terakhir, gue melirik ke arah Varo yang lagi berbincang dengan salah satu atlet perempuan. Fix dia modus. Kurang ajar emang. Seperti biasa, gue refleks memutar kedua bola mata gue— geram dengan kelakuan Varo.
"Jealous?"
˚✩彡
KAMU SEDANG MEMBACA
volunteer
FanfictionJapan Open 2018, and everything in between started : aug 2018 , completed : feb 2019 [under maintenance + 2021 after story in progress] cover illustrated by Masashi Shimakawa